"Terimakasih sudah bertahan dan berjuang untukku dan anak-anak."Tentu saja setelah berterima kasih, aku tetap mengomel dan mengeluh sebagaimana istri pada umumnya. Masak iya, jatah ngomel setahun akan dihabiskan satu hari saja. Rugi dong!
Hai, aku ibu rumah tangga yang tinggal dengan 5 anak di rumah. Empat anak kandung dan satu anak mertua. Seperti juga kalian, tahun ini keluarga kami lebih banyak di rumah saja. Tepatnya aku dan anak-anak sih. Pak suami tetap berkelana di luar rumah demi nafkah keluarga.
Sebagai keluarga, setahun ini kami mengalami banyak perubahan di rumah. Mulai dari siklus hubungan suami-istri, pola belajar anak-anak sampai penyesuaian anggaran belanja rumah tangga.
Soal impian, ada banyak list personal dan keluarga yang belum bisa kami wujudkan di tahun 2020. Entah sebab pandemi atau memang kami yang letoy mengusahakannya. Sepertinya lebih ke alasan kedua sih.
"Ini sudah sembilan tahun. Kita belum nambah apa-apa." Suamiku berkata sambil tertawa. Ia menyebutkan nama temannya yang sudah punya ini dan itu.
"Kita udah laba 4 anak lho." Kataku balas tertawa.
Waktu itu aku ingin memeluknya. Menyampaikan kalau aku baik-baik saja dengan kondisi kami tahun ini. Tapi kuurungkan. Kesuksesan bagi laki-laki mungkin beda definisi. Pencapaian versinya adalah berdaya bagi keluarga dan lingkungan yang ia kelola. Jadi, aku memilih menyatakan dukunganku.
"Terima kasih sudah bertahan dan berjuang untukku dan anak-anak."