Pagelaran wayang kulit yang terhenti sejak pandemi kini mulai digelar kembali. Masyarakat dan para pekerja seni saling beradaptasi agar pertunjukan seni bisa tetap lestari dan menghidupi. Salah satunya dengan mengadakan pertunjukan wayang secara virtual atau dikenal dengan wayang climen.Â
Wayang climen atau wayang minimalis berkaitan dengan penggunaan media online untuk menyiarkan pertunjukan secara langsung atau live streaming. Durasi pertunjukan wayang climen lebih terbatas dengan mengurangi beberapa bagian cerita. Selain itu, jumlah sinden dan niyaga yang terlibat tidak sebanyak pertunjukan wayang pada umumnya.
Kampanye menggunakan wayang climen ini diusung pasangan calon bupati dan wakil bupati Sleman, Sri Muslimatun-Amin Purnama (MULIA) sebagai media kampanye yang berbudaya, menghibur dan sesuai dengan aturan undang-undang kekarantinaan.Â
Pertunjukan wayang ini digelar Sabtu, 28 November 2020 kemarin secara virtual. Suara sinden dan gamelan yang ditabuh niyaga dari paguyuban Warga Laras menandai dimulainya pagelaran. Gunungan wayangpun diangkat, dalang siap bercerita.Â
Dalang perempuan Ni Elisha Ocartus Allasso membawakan lakon Punakawan Jago dengan luwes. Pagelaran yang sebelumnya dijadwalkan bersama almarhum Ki Seno Nugroho ini tetap mendapat sambutan hangat dari pecinta seni dan budaya.Â
Ni Elisha membawakan lakon dengan cerdas. Anak didik dari dalang kondang Ki Seno Nugroho ini menyajikan cerita tentang keluarga Punakawan yang maju pemilihan dengan gaya bertutur ala milenial. Dalang perempuan ini juga tidak melewatkan sesi guyonan dengan sinden yang menjadi salah satu ciri khas pertunjukan wayang.Â
Sri Muslimatun sebagai penasehat penggemar dalang Ki Seno Nugroho di kabupaten Sleman mengapresiasi pertunjukan wayang yang disajikan Ni Elisha. Calon bupati Sleman berharap wayang tetap menjadi tuntunan, tontonan dan tatanan tanpa melupakan pakemnya.Â
"Terimakasih mbak Elisha, pahlawan budaya. Selamat berjuang melestarikan wayang." Demikian pungkasnya. Â