Pada hari Selasa, 13 Januari 2015, setelah kurang lebih setahun tidak pernah berkunjung lagi ke sebuah kota di ujung Barat Provinsi Kalimantan Selatan, maka karena ada suatu keperluan, saya mengunjungi kembali kota tersebut.
Berangkat dari Banjarbaru sekitar pukul 9.30 WITA, akhirnya saya tiba di Marabahan pada pukul 11.30 WITA di sambut hujan deras.
Luar Biasa !!!!, ternyata sudah ada banyak perubahan di kota Marabahan tersebut dibanding situasi setahun lalu.
Berikut saya coba menceritakan sekilas mengenai Marabahan, sesuai pengalaman saya berkunjung ke sana dan juga info dari beberapa sumber saat ‘googling’ di internet.
Kota Marabahan, adalah ibu kota Kabupaten Barito Kuala (Batola). Kota ini terletak di tepi salah satu cabang sungai Barito (sungai terpanjang di Kalimantan Selatan dan Tengah).
Tugu di Bundaran saat akan masuk ke kota Marabahan
Untuk menuju ke kota Marabahan, dari Banjarmasin, bisa dilakukan dengan dua cara, cara pertama, menggunakan feri penyeberangan yang ada di wilayah Sei Gampa, dan kedua menyeberangi jembatan Rumpiang, yang merupakan salah satu jembatan megah dan panjang di Kalimantan Selatan.
Dulu, sebelum ada jembatan, mau tidak mau, kalau hendak ke Marabahan, harus melalui penyeberangan feri, namun kini setelah ada penyeberangan, kebanyakan orang memilih menggunakan jembatan.
Dari kota Banjarmasin menuju ke Marabahan, dapat ditempuh sekitar 1 - 1,5 jam, sedangkan jika dari Banjarbaru (lokasi bandara Syamsudin Noor), maka waktu tempuh menjadi 2 - 2,5 jam.
Akses jalan menuju kota Marabahan, cukup halus dibanding setahun lalu, kalaupun ada kerusakan, paling hanya 5 - 10 persen saja, sisanya cukup halus. Hanya saja jalanan agak sempit di beberapa bagian, karena belum di lebarkan, sehingga jika ada kendaraan yang berjalan lambat di depan, untuk menyalipnya perlu ekstra waspada dan hati-hati agar tidak jatuh ke bahu jalan, dan jika bersisipan dengan kendaraan dari arah berlawanan adakalanya salah satu mengalah dengan turun ke badan jalan daripada terjadi serempetan.
Selain itu yang mesti di waspadai, banyak jembatan - jembatan kecil yang penghubungnya dengan gorong-gorong, sambungan antara jembatan dan jalan, kurang sempurna, sehingga jika di lewati agak kencang, kendaraan akan terasa terbanting, hal ini menuntut ekstra hati-hati saat melewatinya.
Sebagai ibu kota kabupaten yang saat ini mulai berkembang pesat, maka kegiatan pembangunan terlihat mulai intensif di Marabahan, banyak kantor-kantor kedinasan milik pemerintah kabupaten yang masih baru didirikan karena saat ini, kantor-kantor dinas milik pemerintah kabupaten di pusatkan di satu wilayah di sekitar Jalan Sudirman, Marabahan.
Sebagaimana sebagian besar wilayah Kab. Barito Kuala lainnya, wilayah Marabahan pun sebagian besar merupakan tanah gambut, bukan tanah keras, sehingga sebagian besar bangunan di Marabahan di bangun dengan menggunakan sistem rumah panggung. Situasi ini mirip dengan banyak bangunan di wilayah kota Banjarmasin.
Kota Marabahan terletak di tepi sungai Barito dan Muara Sungai Negara, sehingga memiliki keindahan tersendiri, dimana pusat kota tidak jauh dari tepi sungai, sehingga jika sore, suasananya sangat indah, bisa melihat sungai yang sangat lebar dari tepian sungai. Hanya saja, sedikit kekurangannya, adalah pinggiran sungai tersebut, belum di kelola dan di atur secara rapi, sehingga masih terlihat "sedikit" kurang tertata.
Salah satu kebanggaan warga Marabahan adalah “Jembatan Rumpiang”, jembatan yang di resmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan April 2008 ini memiliki kemiripan dengan “Jembatan Sydney (Sydney Bridge)” di Australia. Jembatan dengan total panjang 753 meter ini sungguh saat indah dan megah jika di lihat dari kejauhan, sangat eksotis dan terlihat kokoh. Jembatan ini merupakan jembatan utama yang menghubungkan Marabahan dengan daratan utama di Kalimantan Selatan, termasuk ibukota provinsi Banjarmasin. Pada sore hari, biasanya banyak warga yang menghabiskan waktu dengan rileks atau bermain di sekitaran jembatan kebanggaan warga Marabahan tersebut.