Beberapa tahun lalu, ketika merantau ke Kalimantan, jika bertemu dengan kenalan baru dan mereka menanyakan dari mana asal saya, maka saya akan menjawab dengan suara mantap dan yakin: Surabaya.
Kebanyakan dari mereka jika mendengar kata Surabaya pasti akan mengidentikkan dengan Persebaya dan supporternya, Bonek. Surabaya memang identik dengan Persebaya dan Bonek sebagai pendukungnya. Hal ini mirip dengan kota-kota besar di Eropa yang punya kesebelasan terkenal, seperti Manchester di Inggris dengan Manchester United dan Manchester City, atau Milan di Italia dengan AC Milan dan Inter Milan, serta Madrid dengan duo Real Madrid dan Atletico Madrid.
Tidak banyak kota di Indonesia maupun di dunia yang memiliki klub sepakbola legendaris yang memiliki supporter dalam jumlah besar dan setia.
Apalagi kini Persebaya dikelola secara profesional oleh pemilik yang sangat berpengalaman dalam mengelola tim olahraga untuk dijadikan bisnis yang menguntungkan seperti layaknya kesebelasan profesional di negara negara Eropa yang persepakbolaanya maju. Saya membayangkan betapa luar biasanya jika potensi yang bagus tersebut bisa dikelola semaksimal mungkin.
Surabaya kini mengembangkan potensi wisatanya, banyak taman taman indah dibangun dan trotoar dilebarkan dan diberi fasilitas yang ramah bagi penyandang disabilitas. Jika ini ditambah dengan potensi sepakbola yang luar biasa, bisa jadi akan makin luar biasa.
Ada beberapa potensi yang menurut hemat kami, jika dikelola dengan baik bisa memiliki nilai jual yang tinggi:
Pertama. Dalam satu musim kompetisi Liga di Indonesia, ada sekitar 17 kali pertandingan di kandang sendiri, berarti Persebaya ada 17 kali tampil di Surabaya. Jika itu bisa dikemas dengan bagus dan menarik, bisa dijadikan objek wisata, mendatangkan serombongan turis asing atau lokal ke stadion, dan mereka bisa menyaksikan serta merasakan atmosfer sepakbola yang luar biasa ala Suroboyoan.
Para turis ikut menyaksikan pertandingan Persebaya dan disana saat jeda pertandingan bisa disuguhi panganan atau atraksi tarian khas Suroboyo atau Jawa Timuran.
Namun, untuk bisa wujudkan ini keamanan harus benar benar di jaga agar perbuatan "konyol dan anarkis" seperti keributan dan perusakan kendaraan atau tawuran antar supporter ditiadakan.
Turis tidak akan mau datang jika tidak aman. Keamanan adalah harga mati.
Untuk menertibkan oknum supporter palsu yang suka bikin keributan bisa saja di bikin semacam "banser" dari kelompok supporter yang baik untuk mengawasi para supporter jika ada yang macam macam mau bikin keributan bisa segera diamankan atau dibina agar tidak bikin keributan. Tentunya ini juga dengan koordinasi dengan pihak aparat keamanan.