sampah plastik merupakan salah satu tantangan lingkungan di Desa Nglumut, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Plastik termasuk jenis sampah yang sulit terurai menjadi ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia. Ditengah kebingungan untuk menangani sampah plastik, muncul inovasi baru yang bernama "Ecobrick" menjadi solusi kreatif untuk mengatasi masalah sampah plastik oleh mahasiswa KKN tim 3 Universitas Tidar Magelang 2024 di Desa Nglumut yang beranggotakan 9 orang (Achmad Ibran Daud Syahra, Bunga Mutia Alisari, Roos Zaini, Firta Falen Zulhidafina, Julfan Ahmad Fauzi, Muchammad Miftakurrizqi, Arya Dwi Nugraha, Yosian Bagas Mahendra Febriansyah, Muhammad Sultan Awaludin).
PermasalahanMahasiswa KKN dari Universitas Tidar yang terlibat dalam kegiatan ini memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai sampah plastik yang melanda masyarakat di Desa Nglumut. Kami menyadari bahwa pengelolaan yang kurang optimal terhadap sampah plastik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, ecobrick dianggap sebagai solusi yang efektif untuk mengurangi dampak buruk dari plastik sekaligus memberikan manfaat positif.
Pembuatan ecobrick cukup mudah dan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu, Mahasiswa KKN tim 3 Universitas Tidar 2024 yang berlokasi di Desa Nglumut, Kecamatan Srumbung melakukan aksi nyata pembuatan ecobrick guna memberi contoh nyata wujud ecobrick kepada masyarakat mengenai manfaat dari ecobrick. Program kerja ini dilakukan selama 1 bulan kkn dari tanggal 10 Juli 2024 -- 10 Agustus 2024. Alasan kami mengangkat proker ini dikarenakan di Desa Nglumut memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Botol dan sampah plastik yang digunakan memanfaatkan yang ada di TPS3R.
Program kerja ecobrick ini memiliki beberapa tahap mulai dari konsep desain, membeli bahan baku, mempersiapkan kerangka, persiapan alat kerja, pembersihan lahan, mengecor kerangka, pengecatan hasil cor, memasukan sampah ke botol, dan yang terakhir pemasangan botol di kerangka ecobrick. Kami menggunakan botol 1,5 liter dengan berat botol berisi sampah 700 gram. Proker ini membutuhkan 180 botol dan jika dikalkulasikan mengasilkan atau megurangi sampah plastik sebanyak 126 kg.
Masyarakat desa sangat antusias untuk mengenal lebih jauh tentang inovasi ecobrick tersebut, ecobrick memberikan harapan baru dalam upaya mengelola sampah plastik dengan cara inovatif dan ramah lingkungan. Dengan kolaborasi dan kesadaran masyarakat dalam membantu proker ini, ecobrick menjadi salah satu solusi untuk menjaga kebersihan lingkungan di Desa Nglumut. Selanjutnya, diharapkan inisiatif ini dapat terus berlanjut dan berkembang. Dengan dukungan dari pemerintah daerah dan sektor swasta, Desa Nglumut dapat menjadi contoh sukses dalam pengelolaan sampah plastik melalui ecobrick. Semoga inisiatif ini menginspirasi desa-desa lain di Indonesia untuk melakukan hal serupa, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H