Jumat ,13 September 2019, saya berkunjung ke kecamatan Jumapolo, kabupaten Karanganyar tepatnya di desa Lemahbang. Di desa itu mayoritas penduduknya adalah petani, di daerah itu masih banyak terdapat lahan sawah, kebun, dan hutan jati.Â
Disana saya menemui mas Kurniawan (24), beliau adalah salah satu petani jamur di desa Lemahbang. Pada kesempatan itu saya mewawancarai beliau mengenai budidaya jamur tiram yang ditekuninya.Â
Usaha budidaya jamur ini merupakan usaha keluarga yang diturunkan kepada mas Kurniawan. Walaupun usianya masih muda tetapi mas Kurniawan tidak malu untuk menjalani usaha ini.Â
Cara budidaya jamur beliau pelajari dari kakaknya yang terlebih dahulu terjun dalam usaha ini. Bibit jamur ia dapatkan dari Kaliurang, Yogyakarta, sedangkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat media/baglog ia peroleh dari daerah sekitar, dulunya ia membeli bahan dari daerah Yogyakarta.Â
Media yang digunakan dibuat dari serbuk kayu/ grajen, mill (kapur yang halus), bekatul, dan sedikit air. Luas lahan penumbuhan jamur yaitu 28x8 m yang diberi atap dan bagian samping/sekelilingnya ditutup dengan plastik/kresek, lahan tersebut dapat menampung 15.000 baglog.Â
Tahap awal yang dipersiapkan sebelum melakukan pembibitan yaitu pembuatan media/baglog. Media dibuat dengan mencampur serbuk kayu, mill, bekatul, dan sedikit air, setelah itu didiamkan selama 2 hari 2 malam selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik, satu baglog beratnya 1,2kg. Dalam pembuatan media, mas Kurniawan tidak menggunakan pupuk. Media yang sudah dimasukkan plastik selanjutnya di oven pada suhu 100 derajat celcius.Â
Serbuk kayu 100kg, bekatul 12-15kg, mill 2,5kg, dapat menjadi 300 baglog. Setelah selesai proses oven dilanjutkan proses pembibitan, bibit jamur diletakkan di atas atau bagian ujung dari media kemudian ditutup dengan kapas.Â
Kemudian media yang sudah selesai proses pembibitan ditata di lahan dengan cara ditumpuk ke atas 24 baris, setiap 3 baris diberi pembatas bambu. Mas Kurniawan tidak hanya membudidayakan jamur tiram saja, tetapi jamur kuping juga. Sayang sekali pada saat saya datang ke sana, tidak sedang masa tanam.
Panen dilakukan bergantian dari atas dahulu kemudian selang satu bulan ganti bagian bawahnya. Satu baglog yang sudah diberi bibit dapat digunakan selama 7 bulan yang artinya dapat dipanen sebnyak 8 kali, atas 4 kali dan bawah 3-4 kali. Limbah  media yang sudah tidak dipakai kemudian dijadikan pupuk.
Untuk perawatan, di dalam area budidaya disemprotkan cairan talstar untuk membasmi hama. Pada musim panas penyemprotan air dilakukan sebanyak 3-4 kali untuk menjaga kelembaban udara.Â