Mohon tunggu...
Lusia Gayatri Y
Lusia Gayatri Y Mohon Tunggu... -

pemerhati pendidikan anak. blog:lusiagayatriyosef.wordpress.com contact:ms.lusiagayatriyosef@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menciptakan “Jiwa Entrepreneur” Kepada Lingkungan = Keterampilan Kepemimpinan

6 Juni 2014   08:49 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:04 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam buku yang berjudul Management: Leading & collaborating in a competitive world, Batemen & Snell (2005) menyebutkan beberapa konsep entrepreneurship dan entrepreneur dari beberapa penelitian/studi. bahwa entrepreneurship adalah occurs when an enterprising individual pursues a lucrative opportunity (:meliputi ketika individu dapat memberdayakan dirinya untuk menciptakan kesempatan mengelola dan menghasilkan barang dan jasa sehingga berdampak kepada peningkatan pemasukan keuangan). Selanjutnya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki keterampilan yang bagus dalam hal manajemen umum, pengetahuan mengenai bisnis dan bagaimana menjalankan bisnis, serta jaringan, kreativitas dan inovasi. Selain itu, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki gagasan dan membangun organisasi sehingga dapat dikatakan sebagai pribadi yang terlibat membangun sistem-sistem baru, sumber-sumber, atau proses-proses yang menghasilkan produksi dari bahan-bahan atau pelayananan-pelayanan yang menciptakan pasar baru. Penulis menambahkan definisi pasar baru dengan melibatkan definisi pasar dari Kamus Bahasa Indonesia yakni dalam hal ini dapat berupa permintaan dan penawaran yang baru atau ada perubahan dalam hal permintaan dan penawaran; berikut juga, tempat-tempat baru bagi penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa.

Selanjutnya, pemaparan di atas dapat didukung dengan pengertian konsep entrepreneur dari buku yang berjudul Modul kewirausahaan untuk program strata 1, entrepreneur adalah seseorang yang berusaha dengan keberanian dan kegigihan sehingga usahanya mengalami pertumbuhan (Kasali Nasution, Purnomo, Ciptarahayu, Larso, Mirzanti, Rustiadi, Daryanto, Mulayana, 2010). Seorang entrepreneur adalah seorang yang “moving forward,” maju terus ke depan. Usahanya tumbuh dari waktu ke waktu, dari satu kedai menjadi lima, sepuluh, seratus lalu seribu. Dari warung kecil menjadi usaha besar. Dari lima karyawan menjadi puluhan, ratusan, atau mungkin saja ribuan karyawan. Tak peduli apakah dia seniman, wartawan, pekerja sosial, atau industriawan. Siapa saja yang melakukannya, dia bisa disebut entrepreneur asalahkan bertumpu pada pondasi pertumbuhan (Kasali Nasution, Purnomo, Ciptarahayu, Larso, Mirzanti, Rustiadi, Daryanto, Mulayana, 2010).

Dari 2 buku di atas, penulis ingin membuat kesimpulan sederhana bahwa entrepreneur merupakan pelaku usaha barang dan jasa yang mampu membuat peningkatan dari waktu ke waktu. Peningkatan tersebut dapat berupa barang dan jasa juga keuangan. Sebagai contoh: writerpreneur atau dapat juga writer social entrepreneur artinya penulis yang mengirimkan artikel secara sukarela. Awal mula ia menulis di sebuah web site, awalnya ia tidak mendapatkan pendapatan. Namun, ia terus menulis, awalnya ia hanya memiliki 5 tulisan kemudian meningkat menjadi 10 hingga 20 tulisan. Setelah 100 tulisan, ia membuat tulisan-tulisan tersebut menjadi buku dan dijual, hingga ia tidak hanya mengalami peningkatan dari jumlah tulisan namun juga pendapatan, yang semula ia tidak menerima pendapatan menjadi menerima pendapatan dari kumpulan tulisannya yang dibuat menjadi buku. Artinya, alangkah lebih baik ketika seorang pelaku usaha ini mengalami peningkatan dari sisi produktivitas barang dan jasa juga keuangan (secara pendapatan). Apabila keuangan tidak mengalami peningkatan maka produktivitas barang dan jasa diusahakan untuk tidak turun. Sebagai contoh: walaupun si penulis memutuskan untuk tidak mengumpulkan tulisannya menjadi buku, sehingga tidak ada perubahan dalam hal segi pendapatan dari kegiatan menulis, ia tetap menulis hingga tulisannya meningkat sampai 200 tulisan.

Guna mendukung penjelasan sebelumnya, penulis akan membahas mengenai karakteristik entrepreneur. Batemen & Snell (2005) menyebutkan beberapa karakteristik entrepreneur dari beberapa penelitian/studi adalah:

1.Komitmen dan keterampilan membuat keputusan. Para pelaku entrepreneur yang sukses adalah pribadi yang mampu membuat keputusan, gigih, disiplin, memiliki keinginan untuk melakukan pengorbanan, dan mampu melibatkan diri dalam kegiatan memulai usaha.

2.Memiliki keterampilan kepemimpinan. Para pelaku usaha/entrepreneur memiliki jiwa sebagai pemulai dan memiliki peran sebagai guru. Memiliki keterampilan dalam mengkomunikasikan/menyampaikan visi mengenai masa depan perusahaan - merupakan komponen kepemimpinan yang dapat dipelajari-hal tersebut memiliki dampak langsung dari pertumbuhan akibat pengambilan risiko/keberanian dalam melakukan usaha.

3.Keterampilan menciptakan kesempatan/peluang. Para pelaku usaha memiliki pengetahuan yang dekat dengen pengetahuan dari kebutuhan-kebutuhan customers/para pengguna barang dan jasa, mereka mendorong pasar, dan memusatkan perhatian kepada pembentukan nilai dan membuat keadaan menjadi lebih baik.


  1. Toleransi terhadap risiko, ambiguity (memiliki lebih dari satu kemungkinan), dan ketidakpastian. Para pelaku entrepreneur memperkirakan pengambilan risiko, risiko dari para manajer, toleran terhadap stres, dan kemampuan dalam membuat keputusan dan menemukan jawaban saat menghadapi masalah.

5.Kreativitas, self-reliance (rasa percaya diri), dan keterampilan untuk beradaptasi. Para pelaku entrepeneur memiliki pemikiran terbuka, mereka tidak menyerah kepada status quo, memiliki keterampilan dalam belajar dengan cepat, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, kreatif, terampil dalam membuat konsep, dan memberikan perhatian kepada detail/rincian.

6.Motivasi untuk berprestasi. Para pelaku entrepeneur memiliki hasil-hasil yang kelas dalam orientasi mereka, entrepeneur mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka, dan fokus/memusatkan perhatian pada apa yang dapat mereka selesaikan daripada pada hal-hal yang tidak dapat mereka selesaikan.

Berdasarkan dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa pemimpin dapat mulai membangun lingkungan dengan memberdayakan karakter manusia pada penjelasan diparagraf sebelumnya.  Seperti yang diungkapkan dalam Walgito (1994) dalam bukunya yang berjudul Psikologi sosial: Suatu pengantar bahwa individu atau kelompok yang dipimpin adalah makhluk sosial yang mempunyai perasaan, kemampuan, serta kebutuhan-kebutuhan tertentu. Oleh karenanya perlu adanya interaksi (hubungan) antara individu sebagai makhluk yang dipimpin dengan karakter-karakter individu itu sendiri. Interaksi dalam hal ini dapat didukung dengan adanya kegiatan-kegiatan/pendampingan yang mendukung dari tingkat anak usia dini sampai perguruan tinggi, pemeliharaan mental para professional atau para pekerja.

Penulis, memberikan contoh ilustrasi mengenai pembangunan karakter jiwa entrepreneur antara interaksi (hubungan)  individu dengan lingkungan, khususnya dibidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan dalam buku yang berjudul Memahami cara anak-anak belajar: Membawa ilmu perkembangan anak ke dalam kelas yang ditulis oleh Wendy L. Ostroff (2013) bahwa guru mengonfrontasi para siswa dengan strategi-strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari (misalnya, soal matematika sehari-hari). Bukannya sekadar mengetahui sesuatu, penting bahwa seorang siswa tahu di mana ia bisa menemukan informasinya dan cara untuk mengaitkannya ke pengetahuan yang lebih luas (Plincsar, 1989). Untuk meraih tujuan ini, teknik pengajaran seperti permodelan, bimbingan, dukungan, dan artikulasi bisa sangat efektif (Hedegaard, 2003a). Harapannya, siswa, guru/pendidik, orang tua, memiliki jiwa entrepreneur seperti: komitmen dan keterampilan membuat keputusan; keterampilan kepemimpinan; keterampilan menciptakan kesempatan/peluang; toleransi terhadap risiko, ambiguity (memiliki lebih dari satu kemungkinan), dan ketidakpastian; kreativitas, self-reliance (rasa percaya diri), dan keterampilan untuk beradaptasi; motivasi untuk berprestasi.

Setelah adanya bimbingan/pendampingan guna membentuk jiwa entrepreneur dalam lingkungan maka harapannya individu yang memiliki peran sebagai pembawa perubahan/individu yang aktif  dapat melanjutkan perilaku positif untuk mampu mendidik lingkungan atau menciptakan lingkungan yang memiliki jiwa entrepreneur. Sehingga harapan hasil akhir yang berupa pembentukaninteraksi (hubungan) antara individu sebagai makhluk yang dipimpin dengan karakter-karakter individu itu sendiri dapat tercipta atau dapat terwujud nyata. Seperti yang diungkapkan Walgito (1994) dalam buku yang berjudul Psikologi sosial: Suatu pengantar bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah hubungan manusia dengan sekitarnya, artinya manusia memiliki dorongan dalam dirinya untuk mengabdi kepada masyarakat. Sehingga tindakan-tindakan manusia memusatkan perhatian kepada kepentingan-kepentingan masyarakat.

Definisi kata:

am·bi·gu a bermakna lebih dr satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dsb); bermakna ganda; taksa.

tak·sa a mempunyai makna lebih dr satu; kabur atau meragukan (tt makna); ambigu.

bis·nis n usaha komersial dl dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang.

gi·gih a 1 tetap teguh pd pendirian atau pikiran.

Jiwa n seluruh kehidupan batin manusia (yg terjadi dr perasaan, pikiran, angan-angan, dsb)

karakter n tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dng yg lain; watak.

ke·pe·mim·pin·an n perihal pemimpin; cara memimpin.

me·mim·pin v memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dsb); membimbing.

pa·sar n kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yg ingin menukar barang atau jasa dng uang, dan pembeli yg ingin menukar uang dng barang atau jasa.

pe·ngor·ban·an n proses, cara, perbuatan mengorbankan.

me·ngor·ban·kan v 1 memberikan sesuatu sbg pernyataan kebaktian, kesetiaan, dsb.

men·cip·ta·kan v membuat (mengadakan) sesuatu yg baru (belum pernah ada, luar biasa, lain dr yg lain).

nyata a benar-benar ada; ada buktinya; berwujud.

per·tum·buh·an n hal (keadaan) tumbuh; perkembangan (kemajuan dsb).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun