Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Valencia, Dulu Berjaya, Kini Merana

27 Desember 2016   09:26 Diperbarui: 27 Desember 2016   10:01 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Valencia, antara tahun 1999-2008, kita mengenal klub asal Provinsi Asturias ini, sebagai salah satu rival duo Clasico (Barca-Madrid) di Spanyol, dan salah satu klub tangguh di Eropa. Dari sisi komposisi tim, Valencia dalam kurun waktu ini,  diperkuat sejumlah pemain bintang seperti; Roberto Ayala, Pablo Aimar, Ruben Baraja, Vicente, David Villa, dan David Silva. Di area teknis, Si Kelelawar juga pernah ditangani pelatih sekelas Claudio Ranieri, Hector Cuper, Rafael Benitez, dan Ronald Koeman. Hasilnya, di kompetisi domestik, mereka mampu meraih 2 gelar La Liga (musim 2001/2002, dan 2003//2004), 2 gelar Piala Raja Spanyol (1998/1999, dan 2007/2008), dan satu gelar Piala Super Spanyol (1999). Mereka juga mampu meraih sukses, di kompetisi antarklub Eropa, dengan lolos ke final Liga Champions secara beruntun (musim 1999/2000, dan 2000/2001), menjuarai Piala UEFA (sekarang Liga Europa) musim 2003/2004, dan menjuarai Piala Super Eropa 2004.

Sayangnya, krisis keuangan menjangkit Valencia. Krisis itu berasal dari akumulasi hutang klub, yang belum lunas. Pada tahun 2008, nilai hutang Valencia mencapai total 400 juta euro, dan mereka harus segera melunasinya. Akibatnya, Valencia terpaksa ‘turun kelas', dari yang sebelumnya membidik target juara, menjadi ‘sekedar lolos ke Eropa'. Kebijakan transfer mereka pun berubah; dari ‘membeli pemain mahal', menjadi ‘mencetak pemain yang bisa dijual dengan harga mahal'.

Hasilnya, pemain-pemain kunci klub, seperti David Villa, David Silva, Roberto Soldado, dan Juan Mata, hengkang silih berganti, dengan harga mahal. Lewat kebijakan ini, mereka berhasil mengurangi utang, dan konsisten tampil di kompettisi antarklub Eropa. Kebijakan ini, rupanya tetap berlanjut, setelah Peter Lim, pebisnis asal Singapura, membeli mayoritas saham Valencia, tahun 2014.

Setelah diambil alih Peter Lim, Valencia segera berbenah. Mereka mengontrak Nuno Espirito Santo, pelatih muda potensial asal Portugal, menggaet pemain-pemain muda potensial, seperti; Andre Gomes (Portugal), Rodrigo (Brasil), Skhodran Mustafi (Jerman), dan Zakaria Bakkali (Belgia). Hasilnya, Valencia mampu finis di empat besar klasemen La Liga musim 2014/2015, dan lolos ke Liga Champions. Sebuah prospek cerah..

Tapi, prospek tinggal prospek. Alih-alih bersaing di papan atas klasemen liga musim 2015/2016, Valencia malah kesulitan menembus papan atas klasemen, karena tampil buruk. Di Liga Champions, Los Ches juga harus ‘turun kelas', ke Liga Europa, karena hanya mencapai peringkat tiga di fase grup.

Akibatnya, Nuno Espirito Santo dipecat, dan secara mengejutkan digantikan oleh Gary Neville (Inggris), yang  masih minim pengalaman, dan tidak fasih berbahasa Spanyol. Keputusan aneh ini, segera menuai hasil buruk; Valencia hanya mampu menang 3 kali dari 16 laga di semua kompetisi, selalu kebobolan, dan mendekati papan bawah klasemen. Alhasil, Neville hanya melatih sebentar di  Valencia. Posisinya diganti sementara oleh Pako Ayestaran (eks asisten Rafael Benitez, di Valencia, dan Liverpool).

Penunjukan ini, lalu menjadi permanen, di musim panas 2016. Tapi, kebijakan transfer tim, justru memperlemah kekuatan tim. Mereka menjual pilar klub, Andre Gomes (ke Barcelona), dan Mustafi (ke Arsenal). Sebagai gantinya, Valencia mendatangkan Luis Nani  (Portugal), dan Martin Montoya (Barcelona). Memang, mereka mendapat dana segar puluhan juta euro, untuk mencicil hutang, dan belanja pemain. Tapi, kali ini transfer mereka tak efektif. Hasilnya, El Che mencatat 3 kemenangan, 1 kali imbang, dan 8 kali kalah, dari  12 laga awal mereka, di ajang La Liga rekor start terburuk klub, yang membuat Valencia terpuruk di papan bawah.

Ayestaran pun harus diganti oleh Cesare Prandelli (eks pelatih timnas Italia). Total, ada empat orang pelatih berbeda, yang melatih di Valencia, dalam 12 bulan terakhir. Tapi, penunjukan ini, tak langsung memberi efek positif. Hingga jeda kompetisi (jeda natal-tahun baru), Si Kelelawar masih berada di urutan ke 17 klasemen sementara, hanya unggul selisih gol atas Sporting Gijon, di urutan ke 18, batas teratas zona degradasi, dan tertinggal 4 poin dari Leganes (urutan ke 16).

Keterpurukan Valencia musim ini menunjukkan, keputusan manajerial yang salah, bisa berakibat fatal. Meski kesehatan finansial klub menjadi aspek penting, untuk mejaga kelangsungan hidup klub, tapi potensi klub untuk berprestasi, dan keutuhan internal tim tidak boleh diabaikan, apalagi sampai dikorbankan begitu saja.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun