The Flying Dutchman, adalah sebuah legenda bernuansa mistis asal Belanda, yang sudah beredar, sejak abad ke 17. Dikisahkan, awalnya kapal tersebut hendak berlayar, dari Belanda ke Nusantara. Tapi, di tengah perjalanan, saat menuju Tanjung Harapan (Afrika Selatan), kapal ini oleng, karena dihantam cuaca buruk. Para awak kapal meminta sang kapten, untuk menghentikan pelayaran. Tapi, sang kapten tetap bersikukuh, untuk melanjutkan perjalanan. Baginya, tempat tujuan harus dapat dicapai, apapun kondisinya. Jika tidak, ia dan seisi kapal akan terkutuk selamanya. Tiba-tiba, badai menghantam kapal itu, dan mereka menjadi kapal hantu, yang dihukum berlayar, mengelilingi tujuh lautan tanpa henti, sampai akhir zaman.
Di dunia sastra, cerita rakyat Belanda ini, banyak diadaptasi, ke dalam bentuk drama, opera, film, atau kartun. Dalam film, "Flying Dutchman" sempat dimunculkan, dalam salah satu sekuel film "The Pirates of Caribbean", yang dibintangi Johnny Depp. Sedangkan, dalam kartun Spongebob Squarepants, Flying Dutchman adalah tokoh hantu bajak laut, yang mempunyai kapal hantu. Terlihat seram, tapi mempunyai sisi jenaka.
Di sepakbola, "Flying Dutchman", adalah sebutan, yang pernah disandang tiga orang pemain. Johan Cruyff, Dennis Bergkamp, dan Robin Van Persie. Johan Cruyff mendapat julukan itu dari media Spanyol, berkat gol tendangan salto akrobatiknya, ke gawang Atletico Madrid, pada musim 1973-1974. Kala itu, Cruyff yang membela Barcelona, berhasil membawa Barca juara liga di akhir musim, dan gol tendangan saltonya, menjadi gol terbaik La Liga musim itu.
Dennis Bergkamp, menjadi "Flying Dutchman" berikutnya. Julukan ini disandangnya, berkat kelebihan teknik, dan kemampuannya, dalam mencetak gol indah. Tapi, sejak 1994, seiring dengan fobia pesawat terbang, yang dialaminya hingga kini, julukan itu berubah menjadi "The Non Flying Dutchman".
Dari generasi terkini, julukan "Flying Dutchman", dipegang oleh Robin Van Persie. Julukan ini didapat, berkat gol sundulan terbang yang ia cetak ke gawang Iker Casillas (Spanyol), saat Piala Dunia 2014. Ketika itu, Belanda menang 5-1, dan meraih medali perunggu (juara ketiga), di akhir turnamen. Gol ini, juga menjadi salah satu nominasi gol terbaik dunia, tahun 2014.
Cruyff, Bergkamp, dan Van Persie, sama-sama menjadi representasi Tim Oranye, pada generasi masing-masing. Ketiganya, mencetak prestasi tinggi, di ajang Piala Dunia. Cruyff, mewakili generasi 'Juara Tanpa Mahkota', yang mencapai final edisi 1974 (penampilan tunggalnya di Piala Dunia), dan 1978 (Cruyff absen di putaran final turnamen ini). Bergkamp, mewakili generasi 1990-an, yang meraih 4 besar, pada edisi 1998. Sedangkan Van Persie, mewakili generasi terkini, yang menjadi finalis edisi 2010, dan juara ketiga 2014.
Kesamaan lain, dari ketiga generasi "Flying Dutchman" ini adalah, saat performa mereka 'habis', prestasi tim Oranye juga anjlok. Pada generasi Cruyff, performa mereka 'habis' setelah edisi 1978. Ketika itu, kebanyakan dari mereka, sudah memasuki usia 30-an. Tapi, sulit mendapat ganti yang sepadan. Akibatnya, Belanda absen, di Piala Dunia 1982, dan 1986, plus Piala Eropa 1984. Sebelumnya, mereka mampu mencapai 8 besar, di Piala Eropa 1980. Tapi, ini adalah penurunan, untuk sebuah tim, yang sebelumnya berprestasi tinggi.
Memang, setelah Cruyff, ada generasi Ruud Gullit, Van Basten, dan Frank Rijkaard, yang sukses juara Piala Eropa 1988. Tapi, generasi ini tergolong gagal di Piala Dunia. Karena, dengan kekuatan tim yang sama, mereka hanya mampu mencapai babak 16 besar, pada Piala Dunia edisi 1990. Saat mencapai 8 besar tahun 1994, pemain dari generasi ini sudah tak lagi berperan penting dalam tim.
Pada generasi Bergkamp, performa tim Oranye mulai 'habis', setelah mencapai babak 4, di besar Piala Dunia 1998, dan Piala Eropa 2000 (penampilan terakhir Bergkamp di timnas). Habisnya generasi ini, ditandai dengan absennya Belanda, di Piala Dunia 2002. Meski mencapai semifinal, di Piala Eropa 2004, performa Belanda tidak terlalu meyakinkan. Di turnamen itu, dari total 5 laga, yang mereka jalani, Belanda menang 1 kali, 2 kali imbang (termasuk melawan Swedia di babak 8 besar, saat Belanda menang adu penalti), dan 2 kali kalah.
Habisnya performa generasi Bergkamp, membuat Belanda merombak total tim, di era kepelatihan Marco Van Basten (2004-2008). Hasilnya, muncullah generasi ketiga "Flying Dutchman", dalam diri Robin Van Persie. Dengan materi pemain macam Van Persie, Arjen Robben, dan Wesley Sneijder, generasi ini mencapai puncak prestasinya, saat mereka berada di usia puncak. Meski tak sukses di Piala Eropa (8 besar edisi 2008, dan fase grup edisi 2012), mereka meraih sukses di Piala Dunia. Setelah mencapai 16 besar Piala Dunia 2006, mereka menjadi finalis edisi 2010, dan juara ketiga 2014.
Tapi, seperti generasi Flying Dutchman sebelumnya, performa generasi ini habis, setelah mencapai juara ketiga Piala Dunia 2014. Anehnya, pelatih-pelatih timnas Belanda, setelah 2014 (Guus Hiddink dan Danny Blind), tidak berani melakukan pembaruan dalam tim. Akibatnya, Belanda gagal lolos, ke Piala Eropa 2016.