Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Romansa Suporter dan Klub Sepakbola

7 Maret 2017   13:15 Diperbarui: 7 Maret 2017   13:32 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam konteks percintaan, rasa cinta dan benci selalu datang bergantian. Kadang, rasa cinta digantikan rasa benci, atau sebaliknya, dari benci jadi cinta. Pada prosesnya, selalu saja ada bumbu yang melengkapinya. Maka, wajar jika drama percintaan, apapun bentuknya, tak pernah sepi penonton, yang kebanyakan berasal dari remaja putri, atau ibu-ibu. Meski kadang, ada juga pria yang menontonnya.

Situasi serupa, juga ditemui pada suporter klub sepakbola. Ketika seseorang menyukai sebuah klub, klub itu langsung menjadi 'pasangan' orang tersebut. Setiap berita, tentang klub itu, mulai dari yang resmi sampai hoax, pasti diikutinya. Menonton langsung tim kesayangan di stadion pun akan dilakukan, bahkan meski harus pergi ke sarang semut sekalipun. Pada saat yang sama, si suporter akan punya minimal sedikit rasa tidak suka, kepada rival klub pujaannya. Walau kadang masih sulit dijelaskan, mengapa rasa itu ada.

Jika seseorang umumnya menyukai pujaan hati, karena daya tarik fisik, atau karakternya, seorang suporter, menyukai klub, karena berbagai alasan, seperti daerah asal, gaya main, prestasi, atau keberadaan pemain idolanya. Tapi, ada juga, yang menyukai sebuah klub, hanya karena klub itu adalah klub, yang ia tonton pertama kali di layar kaca atau di stadion. Seperti jatuh cinta, sejak pandangan pertama.

Bagi penggemar klub langganan juara, semuanya terasa menyenangkan, saat segalanya lancar; klub rajin menang, dan meraih trofi juara. Kesuksesan ini, membuat mereka merasa berhak, untuk memamerkan diri, atau kadang mengejek klub rival. Tapi, saat klub gagal, atau terpuruk, mereka hilang bak ditelan bumi, dan baru muncul, saat klub meraih sukses lagi, seolah mereka adalah fans setia klub.

Tipikal penggemar "glory hunter" ini, sekilas memiliki pola pikir yang mirip dengan penjudi; pegang terus saat berjaya, tapi buang saja saat terpuruk. Bedanya, tidak semua penggemar jenis ini ikut berjudi, seperti yang dilakukan penjudi.

Bagi penggemar klub, yang sedang seret gelar, rasanya sungguh berliku. Karena, harus merasakan kegagalan demi kegagalan. Tapi, semua tetap terasa menyenangkan, menang atau kalah, rasanya sama saja. Malah, rasa cinta itu makin kuat, berkat tempaan kegagalan, dan rasa kenyang akibat mendapat ejekan. Pada saat yang sama, mereka dapat membudayakan sikap sportif. Apapun hasil yang didapat timnya, kalau klub mereka menang, mereka tidak pamer, apalagi sombong, pada saat kalah, mereka tidak merendahkan klub yang menang.

Suporter, dan klub pujaannya adalah cermin realita sebuah hubungan. Sebuah hubungan tidak akan selalu mulus-mulus saja. Pasti suatu saat akan ada lika-liku, lengkap dengan bumbu-bumbunya. Pada saat yang sama, lewat klub pujaannya, suporter belajar tentang kesetiaan, dan sportivitas. Karena, sepakbola adalah sebuah olahraga (sport), yang didalamnya harus dijiwai sikap sportif. Bukan begitu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun