Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Produksi Pelatih a la Belanda

8 Januari 2017   10:20 Diperbarui: 8 Januari 2017   10:28 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belanda, dalam sepakbola, kita mengenal negeri ini, sebagai pencetak pemain sepakbola berkualitas dari, masa ke masa. Mulai dari Johan Cruyff, dan Johan Neeskens, di era 1970-an. Ruud Gullit, Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ronald Koeman, di era 1980-an. Edwin Van Der Sar, Jaap Stam, dan Dennis Bergkamp, di era 1990-an. Sampai Wesley Sneijder, Robin van Persie, dan Arjen Robben, di era terkini.

Tapi, selain rajin mencetak pesepakbola berkualitas, Belanda juga rajin mencetak pelatih berkualitas. Mulai dari Rinus Michels, dan Wiel Coerver, di era 1970-an. Leo Beenhakker, Johan Cruyff, dan Guus Hiddink di era 1980-an. Louis van Gaal di era 1990-an. Marco van Basten, Ronald Koeman dan Frank Rijkaard di era 2000-an. Sampai Phillip Cocu, Frank de Boer, dan Gio van Bronckhorst, di era terkini. Mereka semua, dapat muncul, berkat program kursus kepelatihan, yang terkonsep, dan terfasilitasi dengan baik.

Pelatih-pelatih handal tersebut, mampu mencetak prestasi, baik dalam bentuk trofi juara, menciptakan sistem permainan sepakbola modern, menerapkan metode latihan modern, atau membina pemain muda, menjadi pemain berkualitas. Semua pelatih yang Saya sebutkan di atas, kecuali Marco van Basten, pernah meraih trofi juara sebagai pelatih. Seperti Wiel Coerver, yang meraih Piala UEFA (kini Liga Europa) 1974 bersama Feyenoord Rotterdam, Rinus Michels, yang meraih Piala Eropa 1988, bersama Timnas Belanda, dan Gio Van Bronckhorst, yang meraih gelar Piala Belanda 2016, bersama Feyenoord Rotterdam.

Mereka juga piawai membangun kerangka tim, dan membina pemain muda. Seperti, Van Basten, yang mampu membangun kerangka tim, saat melatih Tim Oranye (2004-2008), dengan materi pemain muda, yang pada akhirnya menjadi pilar tim, saat Belanda meraih medali perak, dan  perunggu, di Piala Dunia 2010, dan 2014. Hal yang sama, juga dilakukan Frank Rijkaard, saat melatih Barcelona (2003-2008), tidak hanya meraih trofi (2 trofi La Liga, dan 1 trofi Liga Champions), Rijkaard juga mewariskan kerangka tim, yang menjadi instrumen penting, dalam era sukses Josep "Pep" Guardiola (2008-2012).

Dalam hal merevolusi sistem permainan sepakbola, Rinus Michels, dan Johan Cruyff, sama-sama menjadi sosok inovator andal. Rinus Michels memperkenalkan sistem permainan sepakbola TotalFootball di tahun 1970-an. Dalam perkembangannya, Total Football berevolusi menjadi Tiki-Taka, pressing football, dan counter-pressing, yang menjadi tren taktik sepakbola modern saat ini. Atas prestasi dan kontribusinya ini, nama Rinus Michels, diabadikan KNVB (PSSI-nya Belanda), sebagai nama, untuk Penghargaan Pelatih Terbaik Liga Belanda (Rinus Michels Award) hingga kini. Selain itu, FIFA  juga menganugerahkan penghargaan "Pelatih Terbaik Abad 20", kepada Si Jenderal, pada tahun 1999.

Sedangkan, Johan Cruyff memperkenalkan sistem permainan Tiki-Taka, yang menjadi ciri khas permainan timnas Spanyol, dan FC Barcelona saat ini. Inovasi lain, yang diwariskan Cruyff, adalah pendirian akademi sepakbola La Masia, yang kurikulumnya muda mengadopsi sistem pembinaan pemain Ajax Amsterdam. Dari akademi inilah, muncul bintang-bintang seperti Xavi, Lionel Messi, dan Andres Iniesta. Di Belanda, nama Cruyff sendiri, diabadikan oleh KNVB, sebagai nama untuk turnamen Piala Super Belanda (Johan Cruyff Schaal, setara Community Shield di Inggris) hingga kini.

Inovator lain, yang muncul dari Negeri Kincir Angin, adalah Wiel Coerver. Pelatih yang juga pernah menangani Tim Garuda era 1970-an ini, memperkenalkan metode latihan inovatif. Metode latihan Coerver ini, menekankan pentingnya aspek penguasaan bola, teknik individu, kerjasama tim, kecepatan, dan penyelesaian akhir yang baik. 

Dalam perkembangannya, metode latihan Wiel Coerver ini, dijadikan acuan utama, untuk melatih pemain usia muda, di banyak negara, di seluruh dunia. Metode ini, dikenal dengan nama Metode Latihan Coerver (The Coerver Method). Pemain bintang, yang dihasilkan dari metode ini, diantaranya; Robin Van Persie, dan Arjen Robben.

Apa yang terjadi di Belanda menunjukkan, betapa seriusnya KNVB, dalam hal pembinaan pelatih muda, seperti mereka serius, dengan pembinaan pemain muda. Mereka memberdayakan, dan memfasilitasi, mantan pesepakbola yang ingin merintis karir menjadi pelatih, dengan sangat baik. Sehingga, dapat menghasilkan pelatih-pelatih, yang tidak hanya mampu lulus kursus kepelatihan, tapi juga mampu berprestasi, bahkan mampu menciptakan inovasi positif, bagi olahtaga sepakbola secara keseluruhan. Hasilnya, pelatih lokal asal Belanda, tidak hanya menjadi tuan rumah, di negeri sendiri, tapi juga mampu sukses di negeri orang. Berkat ini pula, timnas Belanda mampu mencetak prestasi, meski terus mengandalkan pelatih lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun