Selain memutuskan kandidat pelatih timnas, Kongres PSSI, di Bandung, 8 Januari silam, memutuskan, penetapan regulasi jumlah pemain asing, dan pengaturan komposisi pemain dalam satu tim di gelaran Liga Super Indonesia 2017.
Regulasi jumlah pemain asing, yang ditetapkan, adalah 2+1. Maksudnya, sebuah klub maksimal hanya boleh mengontrak 3 orang pemain asing, yang terdiri dari 2 orang pemain non Asia-Australia, dan 1 orang pemain dari negara-negara anggota AFC (Asia- Australia). Kebijakan ini, merupakan sebuah gebrakan, karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana PSSI menggunakan regulasi pemain asing AFC (3+1) sebagai acuan.
Mengenai pengaturan komposisi pemain, PSSI juga membuat gebrakan, dengan mewajibkan, satu tim hanya boleh diperkuat maksimal dua orang pemain berusia 35 tahun ke atas, dan diperkuat minimal 5 pemain U-23. Selain itu, klub juga harus mempunyai tim U-21 dan U-19.
Kebijakan-kebijakan ini, mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, adanya ruang lebih untuk mengembangkan potensi pemain lokal, dan meregenerasi klub. Kedua, peluang munculnya pemain muda, akan lebih besar. Ketiga, kebijakan ini, membantu klub, dalam hal berhemat, karena jumlah pemain asing lebih sedikit. Otomatis, beban gaji klub akan berkurang.
Di sisi lain, kebijakan ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, pembatasan jumlah pemain membuat kesempatan para pemain berusia 35 tahun ke atas terbatas. Akibatnya, mereka yang tidak mendapat klub akan menganggur, atau pensiun. Kedua, untuk klub yang sudah terlanjur mengontrak 4 pemain asing, mereka akan mengeluarkan salah satunya. Di sini, klub akan mengeluarkan dana cukup besar, untuk membayar kompensasi pemutusan kontrak. Ketiga, kebijakan ini, akan mengganggu persiapan tim. Karena penyusunan komposisi pemain, rekrutmen pemain, dan rencana skema tim, harus diulang.
Regulasi pemain, yang dibuat PSSI ini, memang menjadi gebrakan tersendiri. Karena memihak pemain muda lokal. Tapi, idealnya, kebijakan ini harus disertai kebijakan pendukung, untuk memberdayakan para pemain usia 35 tahun ke atas. Misalnya dengan memfasilitasi mereka, untuk menjalani kursus kepelatihan. Supaya, mereka dapat mempersiapkan diri, untuk menapak masa pensiun mereka. Kebijakan pendukung ini bertujuan, membina pelatih muda. Karena, selain pembinaan pemain muda, pembinaan pelatih muda juga tak kalah penting. Tentunya, agar kualiras persepakbolaan nasional, dapat semakin baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H