Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Konfederasi 2017, Ajang Eksperimen FIFA

17 Juni 2017   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2017   22:11 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mulai Sabtu (17/6) sampai Minggu (2/7), FIFA menghelat turnamen Piala Konfederasi edisi 2017. Turnamen ini, akan berlangsung di kota Sochi, Kazan, Moskow, dan Saint Petersburg (Rusia). Selain merupakan turnamen geladi bersih Piala Dunia 2018, turnamen ini juga menjadi ajang eksperimen FIFA, bagi penerapan 3 aturan, dan 1 fitur perangkat pertandingan baru FIFA, yang diuji coba secara bersamaan, di turnamen kali ini.

Aturan pertama adalah, larangan memegang bola selama lebih dari enam detik bagi kiper. Sekilas, aturan ini mirip dengan aturan "5 seconds" di olah raga basket. Hanya saja, aturan ini hanya diberlakukan untuk kiper, supaya tidak mengulur-ulur waktu. Jika ini dilanggar, kiper akan dihadiahi kartu kuning, dan tim lawan akan mendapat hadiah tendangan bebas, di tempat pelanggaran terjadi. Bisa dibilang, hukuman akibat pelanggaran "6 seconds" ini mirip seperti sanksi akibat pelanggaran "back pass", yang lebih dulu diterapkan di sepak bola, dengan mengadopsi aturan serupa dari olah raga futsal.

Aturan kedua yang diuji coba FIFA, adalah penambahan waktu "injury time", sebagai pengganti waktu yang terbuang, akibat selebrasi gol, yang selama ini kurang mendapat porsi memadai, seperti saat terjadi cedera, pergantian pemain, atau insiden lain, khususnya, jika dalam suatu laga tercipta banyak gol. Dengan diterapkannya aturan ini, durasi "injury time", di akhir satu babak, pada laga dengan banyak gol yang tercipta, akan cukup lama. Aturan ini, menjadi senjata baru FIFA, untuk menutup celah potensi "time wasting" (mengulur-ulur waktu) dari selebrasi gol.

Aturan ketiga adalah, memberi kewenangan penuh kepada wasit, untuk menghentikan laga, saat insiden rasial terjadi, sampai situasi benar-benar kondusif. Jika situasi terlanjur tak kondusif, maka laga akan dihentikan. Nantinya, tim yang suporternya kedapatan melanggar, akan dikenai denda. Aturan ini, adalah implikasi dari kampanye antirasis FIFA, yang sebetulnya sudah dikampanyekan sejak lama. Hanya saja, aturan ini, baru akan coba diterapkan secara utuh, di Piala Konfederasi 2017 kali ini.

Eksperimen lain, yang akan diterapkan FIFA, adalah penggunaan "Video Assistant Referee" (VAR), yang akan membantu wasit, dan hakim garis, dalan mengambil keputusan, saat terjadinya sebuah insiden pelanggaran. Diharapkan, VAR dapat membantu meminimalkan kesalahan wasit, dan potensi terjadinya tindakan curang pemain, seperti jika pemain tersebut melakukan aksi diving. Sebelumnya, VAR sudah diuji coba, di sejumlah laga uji coba antarnegara, dan Piala Dunia U-20 edisi 2017. Piala Konfederasi, akan menjadi debut VAR, di turnamen tingkat senior.

Eksperimen-eksperimen baru FIFA, di Piala Konfederasi 2017, mungkin pada awalnya akan sedikit membuat 'kagok' para pecinta sepak bola. Tapi, rasa 'kagok' (tidak terbiasa) ini, hanya akan berlangsung sebentar, setelah itu pasti akan cepat terbiasa. Bagaimanapun, ini adalah sebuah upaya positif dari FIFA, untuk terus meningkatkan kualitas permainan sepak bola, agar semakin baik ke depannya. Akankah eksperimen FIFA ini berhasil?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun