Diantara para striker di liga top Eropa, Dirk Kuyt (dibaca Kuit), mungkin tak setajam Ronaldo, bergelimang rekor seperti Messi, selincah Arjen Robben, atau seoportunis Luis Suarez. Gaya main Kuyt terlihat amat sederhana. Tak ada aksi-aksi individu menawan yang sampai mengundang decak kagum, apalagi sampai diperbandingkan, dengan penyerang legendaris Belanda, macam Marco Van Basten, seperti layaknya para penyerang asal Belanda pada umumnya. Ia juga kurang pantas, jika disandingkan dengan Cruyff, yang memang tajam dan skillful.
Kuyt, adalah sebuah anomali, bagi pemain yang berposisi asli striker, yang biasanya berada dalam sorotan, perburuan rekor gol, atau mempunyai ego yang cukup besar. Sebagai pesepakbola, ia mempunyai prinsip yang sangat simpel; kebutuhan tim adalah yang utama. Karenanya, Kuyt tak pernah protes, jika dimainkan, bukan di posisi naturalnya sebagai striker, sebagai supersub, atau bahkan hanya dicadangkan, yang penting, ia dapat berguna untuk tim. Nilai plus lainnya, Kuyt adalah tipe pemain pekerja keras, dengan daya jelajah tinggi. Bahkan, ia kerap membantu timnya saat bertahan, sampai ke kotak penalti sendiri. Sesuatu yang umumnya jarang dilakukan, oleh seorang striker.
Berkat profesionalitasnya inilah, Kuyt fasih bermain di beberapa posisi; striker, winger, penyerang lubang, atau wingback, seperti yang ia perankan dengan baik, pada Piala Dunia 2014 lalu. Bisa dibilang, Kuyt adalah "utility player" (pemain serba bisa), sekaligus "team player", dengan kemampuan kerjasama tim yang baik. Di sisi lain, ia juga tak pernah membuat kontroversi di klub, maupun timnas Belanda. Tapi, semua kelebihan ini, justru membuatnya kerap luput dari sorotan. Situasi ini, membuat nilai kemampuan asli Kuyt tergolong 'underrated' (lebih rendah dari kenyataannya).
Padahal, prestasi individu Kuyt tergolong bagus. Pemain, yang berasal dari keluarga nelayan ini, pernah menjadi top skor Eredivisie 2005 (29 gol), dan Pemain Terbaik Belanda (2003, dan 2006). Bersama timmas Belanda, Kuyt juga turut meraih medali perak, dan perunggu, di 2 gelaran Piala Dunia, yakni edisi 2010 dan 2014. Total, ia mencatat 24 gol dari 104 penampilan, bersama Tim Oranye, yang dibelanya tahun 2004-2014.
Dari segi kebugaran, Kuyt juga tergolong jarang cedera. Semasa memperkuat Liverpool (2006-2012), kebugaran, etos kerja, dan daya jelajahnya yang hebat, membuatnya dijuluki "Mr Duracell" oleh fans Liverpool. Pemain, yang memulai karir seniornya, di FC Utrecht (1998-2003) ini, juga bukan tipikal pemain yang suka ber'akting' di lapangan. Tak heran, Kuyt cukup dihormati suporter, kawan, dan lawan. Tapi, ia kurang disukai popularitas.
Dari segi raihan trofi di level klub, raihan Kuyt mungkin tidak terlalu banyak Tapi, ia selalu meraih trofi, dimanapun ia bermain. Saat di Utrecht, ia sukses meraih gelar Piala KNVB (Piala Belanda), tahun 2003. Pada periode pertamanya di Feyenoord (2003-2006), ia gagal meraih gelar untuk timnya, tapi, kegagalan ini ditebusnya di periode keduanya (2015-2017), dengan meraih 1 gelar Piala Belanda (2016), dan 1 gelar Eredivisie (2017). Saat bermain di Liverpool, Kuyt sukses meraih 1 gelar Piala Liga Inggris (2012). Begitu juga saat membela Fenerbahce (2012-2015), Kuyt sukses meraih masing-masing 1 gelar Liga Turki, 1 Piala Super Turki, dan 1 Piala Turki. Mungkin capaian Kuyt ini tak sehebat Ronaldo atau Messi. Tapi, ini mencerminkan dengan jelas, bagaimana karakter Kuyt; seorang "team player" sejati, dengan daya adaptasi yang bagus.
Pada Rabu (17/5) lalu, Kuyt (36), akhirnya memutuskan pensiun, sebagai pesepakbola, dan akan beralih profesi, menjadi staf pelatih Feyenoord, klub tempat ia menutup karirnya. Ini menjadi perpisahan yang manis baginya. Berkat trigolnya ke gawang Heracles Almelo, yang mengantar Feyenoord juara liga Belanda musim ini, Kuyt menutup kariernya secara terhormat, di klub yang dulu mengantarnya ke puncak karier. Gelar liga ini, juga menjadi balas budi Kuyt kepada Feyenoord, tepat di akhir karir bermainnya, yang penuh kelegaan, karena bebas dari rasa penasaran akan gelar juara. Berkat kontribusi krusialnya musim ini pula, Kuyt menutup karir bermainnya, bukan hanya sebagai pemain kesayangan suporter, dan kapten tim, tapi juga sebagai legenda klub.
Vaarwel Kuyt, dank u wel (Goodbye Kuyt, thank you so much).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H