Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perlunya Pembinaan Pelatih di Indonesia

24 Maret 2017   08:27 Diperbarui: 24 Maret 2017   08:42 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berprestasi atau tidaknya sebuah tim nasional, ditentukan dari baik-buruknya sistem pembinaan pemain muda, di negara tersebut. Tapi, selain pembinaan pemain, faktor lain, yang tak kalah penting, adalah baik-tidaknya sistem pembinaan pelatih.

Pembinaan pemain yang baik, akan menghasilkan tim yang berkualitas secara teknik. Tapi, kualitas itu akan mubazir, jika tidak diimbangi kualitas taktik, dari tim pelatih, berupa pemahaman taktik, pemahaman kultur, dan karakter bermain, yang juga baik.

Masalah ini, tampak jelas, di negara-negara Asia Timur, Amerika Utara, dan Afrika. Negara-negara di area ini, rajin mencetak pesepakbola berkualitas, dan berprestasi, di tingkat regional. Tapi, mereka sulit berprestasi tinggi secara konsisten, di tingkat dunia. Karena, meski mempunyai sistem pembinaan pemain muda yang baik, mereka belum mempunyai sistem pembinaan pelatih yang baik. Sehingga, mereka cenderung lebih mempercayai pelatih asing, yang belum tentu paham betul, soal kultur, dan karakter bermain tim, tapi langsung dibebani ekspektasi tinggi, dengan waktu adaptasi yang sempit. Celakanya, para pelatih asing ini, akan langsung dipecat, jika tak memenuhi target jangka pendek tim. Akibatnya, sering terjadi pergantian pelatih, dalam jangka waktu relatif pendek.

Bagi pemain, adaptasi taktik pelatih, dengan kultur bermain berbeda, jelas tak mudah. Sehebat apapun kemampuan pemain, mereka tetap perlu waktu, untuk dapat memahami taktik pelatihnya. Situasi akan makin rumit, jika sering terjadi pergantian pelatih, dalam jangka pendek. Pemain, yang belum memahami sepenuhnya, taktik dari seorang pelatih, harus beradaptasi lagi, dengan taktik pelatih baru. Akibatnya, performa tim di lapangan tidak optimal.

Situasi sebaliknya, terjadi di negara-negara Eropa, dan Amerika Selatan.Negara-negara, di dua kawasan ini, mempunyai sistem pembinaan pemain, dan pelatih yang baik, murah, dan mudah diakses. Hasilnya, sering muncul pemain, dan pelatih berkualitas. Dari sinilah, tumbuh kultur permainan sepakbola, yang menjadi ciri khas masing-masing kawasan; Eropa, dengan sistem permainan kerjasama tim yang rapi, dan Amerika Selatan, yang memadukan kecerdasan taktik, dan kemampuan individu pemain. Sehingga; dari segi kekuatan tim, perbedaan level yang ada tidak terlalu jauh.

Dengan modal inilah, timnas negara-negara Eropa, dan Amerika Selatan, mampu konsisten berprestasi, di tingkat dunia. Kalaupun ada timnas, yang sering berganti pelatih, pergantian itu hanya memerlukan sedikit waktu adaptasi bagi pemain. Karena, kebanyakan dari timnas tersebut, terbiasa memakai pelatih lokal, yang filosofi taktiknya relatif sama. Seperti yang biasa dialami Brasil, dan Italia. Kebanyakan pelatih asal Brasil, memegang filosofi taktik jogo bonito yang ofensif. Sedangkan, Italia terbiasa dengan filosofi taktik catenaccio yang defensif.

Di Indonesia, pembinaan pelatih belum dianggap penting. Pembinaan, dalam bentuk kursus kepelatihan, adalah hal, yang sulit diakses, dan berbiaya mahal. Akibatnya, tidak banyak pelatih lokal berlisensi, yang dihasilkan. Kelangkaan ini, berbanding terbalik, dengan potensi yang ada. Karena, di Indonesia banyak pelatih tak berlisensi, mantan pemain, atau, orang awam, yang tertarik menjadi pelatih, dengan pemahaman sepakbola yang baik. Sayang, kesulitan yang ada, membuat potensi itu terlupakan. Padahal, seorang pelatih berperan penting, dalam pembinaan pemain muda. Jika ia mempunyai pemahaman yang baik, dan bekal pendidikan yang memadai. Maka, pemain yang dicetaknya akan sangat berkualitas.

Dalam mewujudkan pembinaan pelatih yang baik, hendaknya PSSI perlu bekerjasama, dengan negara-negara, yang sistem pembinaan pelatihnya baik, seperti Brasil, Jerman, dan Italia. Selain itu, PSSI juga perlu mempermudah akses, dan biaya kursus. Sehingga, dapat muncul banyak pelatih lokal berkualitas. Dari sinilah, dapat tercipta kurikulum pembinaan pemain, dan pelatih, yang terstruktur rapi dan sistematis, sesuai dengan karakter masyarakat (termasuk dalam aspek fisik) di negara kita. Tentunya, dengan didasari pola pikir jangka panjang, agar tidak sia-sia. Pada akhirnya, dengan pembinaan pelatih yang baik, timnas dapat konsisten berprestasi bagus, dengan pelatih lokal, pemain berkualitas, dan ciri khas sepakbola kita sendiri.

Bisa, PSSI?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun