Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menuju 4 Laga Final Eredivisie

10 April 2017   10:49 Diperbarui: 12 April 2017   10:30 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam 6 musim terakhir, tepatnya sejak musim 2010-2011, persaingan juara Liga Belanda (Eredivisie), rutin melibatkan Ajax Amsterdam, dan PSV Eindhoven. Ajax menjuarainya 4 musim beruntun (2010/2011-2013/2014). Sedangkan PSV menjuarai liga di 2 musim terkhir (2014/2015 dan 2015/2016). Situasi ini muncul, karena kekuatan Ajax dan PSV, belum mampu diimbangi tim lain, termasuk Feyenoord Rotterdam, yang bersama Ajax dan PSV, merupakan tim "De Grote Drie" (Tiga Besar). Ketiganya menjadi kekuatan tradisional di Belanda. Mereka rutin mendominasi di Eredivisie, sejak tahun 1961. Dominasi ketiganya, hanya mampu diselingi AZ Alkmaar (2 kali juara), dan FC Twente (1 kali juara).

Tapi, sejak musim 1999/2000, seiring dengan menurunnya performa Feyenoord, Eredivisie didominasi oleh Ajax dan PSV, dengan diselingi kejutan AZ Alkmaar (2008/2009), dan FC Twente (2009/2010). Eredivisie, baru kembali ke pola klasiknya, yakni "pacuan 3 kuda" pada musim 2016/2017 ini. Situasi ini, disebabkan oleh bangkitnya Feyenoord, di bawwh arahan Giovanni "Gio" Van Bronckhorst.

Kebangkitan Feyenoord musim ini, sebetulnya sudah dirintis Gio, sejak musim lalu. Gio, yang naik tingkat, dari asisten pelatih, menjadi pelatih, sukses memadukan pemain muda, macam Nicolai Jorgensen, dan Tony Vilhena, dengan pemain senior, macam Eljero Elia, dan Dirk Kuyt. Hasilnya, De Rotterdammers mampu memenangkan KNVB Beker (Piala Belanda) 2015/2016. Bisa dibilang, apa yang mereka tanam musim lalu, mulai berbuah musim ini. Kejutan Feyenoord sendiri, juga dibantu, oleh awalan inkonsisten Ajax, yang baru berganti pelatih, dari Frank De Boer ke Peter Bosz, dan PSV arahan Phillip Cocu.

Setelah mengawali musim dengan bagus, memasuki pekan-pekan akhir Eredivisie, performa Feyenoord mulai menurun. Kekalahan 2-1, dalam "De Klassieker" Versus Ajax pada pekan ke 29, membuat Feyenoord 'shock'. Karena, jarak mereka (posisi 1) dengan Ajax di posisi 2, hanya tinggal 3 poin. PSV juga setia menguntit di posisi 3, seiring dengan performa mereka yang mulai stabil.

Pada pekan ke 30, keunggulan Feyenoord di puncak klasemen sementara semakin tipis. Karena, mereka bermain imbang 2-2 dengan PEC Zwolle, Minggu (9/4). Sedangkan, Ajax menghajar NEC Nijmengen 5-1, dan PSV membantai Willem II Tilburg 5-0 di hari yang sama. Hasilnya, Feyenoord mengantungi nilai 73, unggul 1 poin atas Ajax (72), dan 5 poin atas PSV (68).

Dengan kompetisi yang masih menyisakan 4 laga (Eredivisie diikuti 18 tim peserta), peluang ketiganya, untuk menjadi juara liga masih terbuka. Bisa dibilang, 4 laga ke depan, akan menjadi laga final buat ketiganya. Dari ketiganya, tantangsn terberat berada di kubu Ajax. Karena, mereka juga akan berlaga, di 2 leg laga babak 8 besar Liga Europa melawan Schalke 04, pada tanggal 13 dan 20 April (waktu Belanda dan Jerman) mendatang. Sedangkan, Feyenoord dan PSV, hanya tinggal fokus di liga, karena mereka sama-sama tersingkir dini di Eropa. Tim manakah, yang akan menjadi juara Eredivisie, di akhir musim nanti?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun