Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool Setelah Januari Kelabu

1 Februari 2017   16:57 Diperbarui: 1 Februari 2017   17:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

4 kali imbang, 4 kali kalah, dan hanya 1 kali menang. Itulah performa Liverpool selama bulan Januari 2017. Dari 4 kekalahan itu, 3 diantaranya datang dari ajang Piala Liga (EFL Cup, 2 kali kalah 0-1 vs Southampton), dan Piala FA (kalah 1-2 dari Wolves). Tiga kekalahan ini, membuat Si Merah tersingkir dari ajang Piala Liga, dan Piala FA. Sisanya, terjadi di EPL (2-3 dari Swansea City). Satu-satunya kemenangan mereka, terjadi saat mengalahkan Plymouth 1-0 (18/1), di pertandingan replay Piala FA, setelah sebelumnya bermain imbang 0-0 di Anfield (8/1). Kemenangan ini, sebetulnya tak terlalu membanggakan, karena Plymouth berlaga di League Two, kompetisi kasta keempat di Inggris. Boleh dikata, inilah bulan kelabu bagi Si Merah.

Performa Liverpool di bulan Januari 2017 ini, menyiratkan beberapa kelemahan Si Merah. Pertama, mereka mampu tampil bagus, saat melawan tim-tim kuat, tapi tampil buruk saat melawan tim, yang diatas kertas bisa mereka kalahkan. Contohnya adalah ketika mereka menahan Chelsea 1-1 di Anfield, Selasa (31/1,waktu GMT). Mereka mampu tampil oke, saat lawan sang pemuncak klasemen sementara. Gol David Luiz di babak pertama, mampu dibalas Wijnaldum di babak kedua. Bahkan, Mignolet mampu memblok tendangan penalti Diego Costa, sekaligus mengulang performa bagusnya, saat menahan Manchester United 1-1 di Old Trafford (15/1). Tapi, mereka justru tampil buruk, saat melawan klub macam Southampton, Wolves (klub Divisi Dua Liga Inggris), dan Swansea. Mirisnya, 3 dari 4 kekalahan Si Merah, selama bulan Januari 2017, terjadi di Anfield, kandang mereka sendiri. Padahal, sejak Klopp mulai melatih di Liverpool, performa laga kandang Si Merah belum pernah sampai sejeblok ini.

Kelemahan kedua adalah, tidak adanya "rencana B", saat pemain kunci (Coutinho, Mane, dan Matip) absen. Pemain-pemain, yang diplot sebagai pengganti, kesulitan tampil bagus. Seperti dialami Daniel Sturridge, dan Divock Origi di lini depan, Emre Can di tengah, dan Ragnar Klavan di lini belakang. Akibatnya, lini serang tim menjadi tumpul, dan pertahanan tim menjadi rapuh. Masalah ini terlihat jelas, dari performa tim sepanjang Januari 2017. Parahnya lagi, Klopp malah enggan berbelanja pemain di bulan Januari. Padahal, Liverpool pernah melakukan transfer pemain yang sukses, di bulan Januari. Tepatnya, saat mereka memboyong Luis Suarez (2011), dan Coutinho (2013). Tapi, kembalinya Mane, segera setelah timnas Senegal kalah 4-5 (adu penalti) dari Kamerun, di fase 8 besar Piala Afrika 2017, agaknya sudah dianggap Klopp sebagai "transfer musim dingin klub".

Kelemahan ketiga, sistem sepakbola "Heavy Metal" Klopp, terbukti menjadi bumerang. 9 pertandingan, dalam 1 bulan, dengan 8 diantaranya hanya memiliki jeda 3-4 hari (dimulai dari laga vs Plymouth 8/1, laga lainnya, melawan Sunderland (2-2), berlangsung 2/1), membuat waktu recovery pemain terbatas. Ini jelas tak sebanding, dengan permainan tingkat tinggi, yang rutin diterapkan Klopp di tiap laga. Disinilah, Klopp perlu memodifikasi taktiknya. Karena, taktik yang sukses diterapkannya di Dortmund, terbukti tidak bisa diterapkan secara persis di Liverpool. Apalagi, jumlah klub kontestan EPL (20), lebih banyak dari Bundesliga (18). Selain itu, jenis kompetisi domestik yang diikuti klub Inggris (EPL/Liga, Piala Liga, dan Piala FA), lebih banyak, daripada yang diikuti klub Jerman (Bundesliga dan DFB Pokal/Piala Jerman). Inilah, yang akan menjadi tantangan utama bagi Klopp.

Meski mengecewakan, performa buruk Si Merah bulan Januari 2017 memberi satu hal positif. Dengan tersingkirnya mereka, di ajang Piala Liga, dan Piala FA, plus absensi mereka di Eropa, kini, mereka hanya perlu fokus di liga. Peringkat 4 besar klasemen (zona Liga Champions), menjadi target paling realistis. Karena, lawan-lawan mereka di 6 besar klasemen luga, umumnya juga masih harus bertanding, di ajang piala domestik (Piala FA dan Piala Liga), dan kompetisi antarklub Eropa (Liga Champions dan Liga Europa). Tentunya, posisi 4 besar, hanya bisa diraih, jika mereka mampu konsisten tampil bagus, dan tidak mengulangi episode kelabu bulan Januari 2017.

Sanggup Liverpool?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun