Pada tulisan Saya di Kompasiana, Rabu, (8/2/2017) lalu, yang berjudul "Persib Mencari Godot", Saya menggambarkan upaya pencarian sosok pemain asing ketiga Persib, sebagai "mencari Godot", karena kepastian, mengenai siapa sosok pemain tersebut tak kunjung jelas. Pada prosesnya, Persib sudah mencoret Alex Willian, Ricardinho, dan Raphael De Lima (Brasil), Marko Livaja (Kroasia, eks pemain junior Inter Milan), David Sebastian Loftquist (Swedia), Erick Weeks (Liberia), dan Willie Overtoom (Kamerun, eks pemain AZ Alkmaar). Untuk 4 nama terakhir, mereka dicoret, segera setelah Persib meraih juara ketiga, di Piala Presiden 2017, berkat kemenangan 1-0 atas Semen Padang, Sabtu (11/3) lalu.
Setelah berteka-teki, dengan wacana mendatangkan pemain kelas dunia, akhirnya, pada Selasa (14/3), siapa sosok "Godot" (pemain asing ketiga) tersebut terkuak. Ia adalah Michael Essien (Ghana). Di Persib, eks pemain Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan ini, akan dikontrak selama setahun, dengan opsi perpanjangan kontrak setahun. Persib menggaet pemain, yang akan mengenakan nomor punggung lima ini secara gratis. Karena, Essien berstatus tanpa klub, sejak mengakhiri kontraknya dengan klub Panathinaikos (Yunani) tahun 2016.
Kedatangan Essien, menjadi marquee signing bagi Persib. Dengan segudang pengalamannya, di level klub maupun di timnas Ghana, Essien dapat memberi manfaat tersendiri, bagi pemain-pemain muda Persib, dan tim secara keseluruhan. Pemain yang turut memperkuat Ghana, di Piala Dunia 2006, dan juara Liga Champions Eropa 2012, bersama Chelsea ini, juga dapat meng-endorse (mempromosikan) Persib secara lebih luas, hingga mancanegara. Secara tidak langsung, ini juga akan memperbaiki image liga Indonesia, yang sedang memulai langkah baru, pasca sanksi FIFA.
Kedatangan Essien ke Persib, menciptakan level baru, untuk standar kemampuan pemain asing di Indonesia. Di sisi lain, ini menjadi pembaruan memori, untuk sosok kelas dunia, yang pernah main di Indonesia. Maklum, pemain kelas dunia terakhir (yang benar-benar mendunia), yang pernah main di Indonesia, adalah Roger Milla (Kamerun), pada tahun 1990an, alias sekitar 20 tahun lalu.
Tapi, selain mempunyai kelebihan teknis, dan popularitas, gelandang penjelajah, yang jago melepas tembakan jarak jauh ini, perlu ditangani secara hati-hati. Pertama, karena usianya yang sudah 34 tahun, kecepatan dan staminanya tentu sudah tak seprima dulu lagi. Kedua, Essien pernah 3 kali mengalami cedera lutut serius, 2 kali saat masih di Chelsea (tahun 2010 dan 2011, masing-masing absen 6 bulan), dan 1 kali saat di Panathinaikos (2015, absen 3 bulan). Supaya, masalah kebugaran, dan riwayat cederanya ini, tidak menimbulkan masalah bagi Persib ke depannya.
Anyway, Selamat Datang di Liga Indonesia, Michael "Bison" Essien!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H