Pada turnamen Piala Konfederasi, yang akan digelar di Rusia, mulai Sabtu (17/6) mendatang, timnas Jerman, akan menurunkan skuad eksperimental, dengan mayoritas bermaterikan pemain muda, atau minim jam terbang di timnas Jerman. Keputusan ini diambil pelatih Joachim Loew, dengan tujuan, memberi waktu istirahat, bagi pemain-pemain kunci, seperti Toni Kroos, Manuel Neuer, Mats Hummels, dan lain-lain. Maklum, mereka baru saja menjalani musim yang panjang, dan melelahkan di klub.
Bagi sebagian pecinta sepak bola, keputusan Loew ini, seolah menganggap remeh turnamen Piala Konfederasi. Padahal, ini adalah turnamen resmi FIFA. Apalagi, dalam turnamen ini, Tim Panser datang sebagai juara Piala Dunia 2014. Jadi, jika mereka malah menuai hasil buruk di turnamen ini, keputusan Loew justru akan menjadi blunder fatal.
Meski membawa tim eksperimental, Loew tetap menyiapkan tim ini dengan serius. Buktinya, tim ini ditampilkan, saat laga uji coba melawan tuan rumah Denmark (imbang 1-1), pada Rabu (7/6) silam, dan laga Kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan San Marino (menang 7-0), pada Minggu (11/6, dini hari WIB). Bisa dibilang, dua laga ini, adalah 'ajang pemanasan', bagi tim eksperimental Loew.
Jika dilihat lebih jauh, keputusan Loew ini, justru menunjukkan kecerdikannya . Karena, dengan mengistirahatkan para pemain pilarnya, Loew bisa bereksperimen dengan pemain muda potensial, seperti Niklas Sule, Julian Brandt, dan Joshua Kimmich. Hasil eksperimen ini, nantinya dapat digunakan Loew, sebagai bagian dari rencana B tim, jika terjadi situasi tak terduga. Misalnya, jika pemain pilar timnas Jerman harus absen akibat cedera.
Untuk jangka panjang, hasil eksperimen ini, juga dapat digunakan Loew, sebagai kerangka, untuk meregenerasi tim. Kemungkinan ini cukup terbuka, karena, sejak sedekade terakhir, regenerasi pemain di timnas Jerman tergolong cepat. Dalam sedekade terakhir, jumlah pemain berusia kepala tiga di timnas Jerman juga makin sedikit, tidak seperti sebelumnya.
Bagi para pemain kunci Tim Panser, liburan kali ini, akan menjadi kesempatan bagus, untuk mengisi tenaga. Supaya mereka bisa fit, saat menjalani musim kompetisi reguler 2017/2018 mendatang, yang akan disambung dengan gelaran Piala Dunia 2018. Liburan kali ini, juga akan menjadi kompensasi bagi para pemain tim utama Jerman. Karena, pada musim panas tahun lalu, mereka berlaga di ajang Piala Eropa 2016, yang dihelat di Prancis.
Eksperimen ala Loew ini, bukan kejadian pertama, dalam sebuah turnamen antarnegara. Sebelumnya, ada timnas Brasil (2004), dan Meksiko (2011), yang sama-sama terjadi, di ajang Copa America. Pada kasus timnas Brasil, kala itu pelatih Carlos Alberto Parreira, 'meliburkan' peemain pilar macam Ronaldo dan Dida. Sebagai gantinya, Parreira memanggil pemain 'hijau' macam Adriano Leite, dan Julio Cesar. Meski memakai 'tim kelas dua', Tim Samba mampu keluar sebagai juara turnamen, setelah mengalahkan Argentina di final.
Sedangkan, nasib 'tim eksperimental' Meksiko, yang mayoritas berisikan pemain U-23, tidak sebagus Brasil. Kala itu, Tim Sombrero tersingkir di fase grup Copa America 2011. Tapi, kegagalan ini, justru dijadikan modal berharga, bagi tim yang kala itu akan berlaga, di Olimpiade London 2012 cabang sepak bola. Hasilnya, El Tri mampu memboyong medali emas Olimpiade 2012, usai mengalahkan Brasil 2-1 di final.
Apa yang dilakukan Joachim Loew, dan timnas Jerman, di Piala Konfederasi 2017 ini, agaknya terinspirasi dari 2 kasus sukses di atas. Di sini, Loew menjadikan Piala Konfederasi 2017 sebagai sasaran antara, menuju target utama; Piala Dunia 2018. Akankah eksperimen Loew ini berhasil?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H