"Gong xi fa cai"
Itulah kata-kata sekaligus warna khas Imlek, yang biasanya sepaket dengan pernak-pernik atau kegiatan lainnya. Selalu ada suasana gembira dan hingar bingar, setiap kali momen ini datang.
Tapi, secara pribadi, tiap kali momen ini datang, ingatanku kerap melayang ke sebuah Bong *), di sebuah kota tempat aku menghabiskan masa kecil. Di tempat ini, ada beberapa kerabat yang dulu ikut kuantar ke peristirahatan terakhir.
Lokasinya berada di atas bukit, dan agak jauh dari pemukiman terdekat. Benar-benar tempat yang bisa memberi fokus penuh untuk berziarah, tanpa kena distraksi apapun.
Di era kiwari, inilah tempat orang-orang biasa mendokumentasikan momen ziarah, dan menaruh cerita mereka di media sosial. Jujur saja, akupun sebenarnya ingin ikut mendokumentasikan momen ini, tapi hati tak pernah mengizinkan.
Mereka yang beristirahat di sana, adalah orang-orang yang secara pribadi sangat aku hormati. Beberapa di antaranya bahkan sempat "berpamitan" secara pribadi, saat akan berpulang.
Ada yang berkata,
"Sampai ketemu...kalau ketemu."
Ada juga yang berkata,
"Kalau hidup itu diibaratkan sebuah perjalanan, perjalananmu masih dekat, baru dimulai, sementara perjalananku sudah dekat, hampir selesai."