Di Vietnam, pertahanan Timnas Indonesia sebenarnya sudah  tampil cukup solid, dengan menampilkan materi pemain kurang lebih sama seperti di laga versus Myanmar. Namun, pertahanan solid ini tak kuasa menghindari kekalahan, karena tetap kebobolan satu gol. Sementara itu, tumpulnya lini serang memaksa tim kalah 0-1.
Di satu sisi, Tim Merah Putih sudah menemukan satu sistem permainan dan strategi yang terbukti mampu jadi kekuatan ampuh. Ini kabar baik, tapi ada kabar buruk yang juga dibawa serta: sistem ampuh ini rawan jadi titik lemah, karena belum cukup solid.
Dalam artian, sistem yang mengandalkan kemampuan pemain-pemain belakang ini bisa berfungsi optimal, hanya jika pemain inti tampil. Ketika ada rotasi karena jadwal padat atau pemain yang kena skorsing, situasinya sangat berbeda.
Dengan adanya permasalahan ini, Tim Merah Putih perlu segera membuat sistem permainan di lini belakang lebih adaptif, supaya bisa tetap berjalan optimal saat ada rotasi. Selain itu, lini tengah dan depan perlu dipoles lagi, supaya segera menemukan lagi kreativitas dan ketajaman  dalam menyerang.
Jika tidak, lini belakang yang secara sistem sudah cukup oke, rawan menanggung beban ganda, karena harus mencetak gol sekaligus bertahan dari serangan balik lawan. Di laga melawan Laos, lini belakang Indonesia yang digalang Muhammad Ferrari dan Kadek Arel terbukti kedodoran saat diserang balik dan kebobolan tiga gol, meski mampu mencetak tiga gol.
Di Vietnam, beban ganda ini juga terlihat, karena tim kesulitan menyerang, apalagi membuat peluang mencetak gol. Dominasi tuan rumah Vietnam yang menekan habis sejak kick off membuat lini belakang harus bekerja keras membendung serangan lawan, meski akhirnya tetap kebobolan.
Anomali lini belakang Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 sebenarnya merupakan satu progres positif, karena para pemain muda di tim ini sudah mulai terbiasa bermain dalam sebuah sistem baku. Ada juga strategi yang mampu memanfaatkan situasi lemparan jauh secara efektif.
Meski begitu, dengan masih adanya kelemahan mendasar, yang bahkan mampu dieksploitasi tim sekelas Laos, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Jadi, yang menarik dilihat dari laga melawan Vietnam dan Filipina bukan soal hasil akhir atau siapa pemenangnya saja, tapi sejauh mana upaya tim memperbaiki performa, dan respon setelah tampil kurang maksimal.
Di laga melawan Vietnam, sudah ada perbaikan performa di lini belakang saat bertahan, tapi, performa lini depan dan serangan tim secara umum masih tumpul. Menarik ditunggu, apakah performa Rafael Struick dkk secara umum bisa lebih baik di laga fase grup terakhir melawan Filipina atau tidak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI