Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Suatu Hari Minggu bersama "Women from Rote Island"

25 November 2024   23:30 Diperbarui: 25 November 2024   23:52 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, film berdurasi total 106 menit ini adalah film yang sudah mendapat penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 dan tampil di Busan International Film Festival 2023. Profil film garapan sutradara Jeremias Nyangoen ini makin mentereng, karena menjadi film Indonesia yang masuk nominasi awal Best International Feature Film di Piala Oscar 2025.

Film "Women from Rote Island" sendiri secara lugas mengangkat realita muram di balik keindahan alam dan keunikan budaya di pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, lengkap dengan beragam pesan moral dan aksi yang ingin dikampanyekan. Perpaduan ini menjadi satu ciri umum, pada film-film di Alternativa Film Festival, yang kompak mengangkat isu sosial budaya di berbagai negara, khususnya di benua Asia.

Secara keseluruhan, sesi acara pemutaran film, yang ditutup diskusi bersama para pendukung film ini berlangsung selama hampir 3 jam. Tapi, waktu selama itu terasa cepat berlalu, karena film yang ditayangkan memang berkualitas.

Bagi saya, kualitas film "Women from Rote Island" terlalu "mahal" untuk ukuran sebuah film yang diputar secara gratis di bioskop, apalagi karena film ini sudah masuk festival film internasional.

Penyebabnya, film ini mampu menenun jalinan dinamika situasi kompleks dan sulit dengan begitu rapi, sehingga dapat terlihat sederhana tapi berkelas.

Dalam skala lebih luas, film yang antara lain dibintangi Linda Adoe dan Van Jhoov ini juga menjadi gambaran, tentang jalinan hitam-putih situasi di Indonesia secara umum.

Di balik kekayaan alam dan budaya yang begitu melimpah, ada kerawanan sosial, antara lain karena masih ada sisi konservatif (kalau tak boleh dibilang kolot) budaya yang cenderung ekstrem, tapi menciptakan pihak yang kuat dan lemah.

Inilah satu "masalah di balik berkah" yang masih menjadi satu tantangan tersendiri, untuk dapat dihadapi bersama, demi terwujudnya satu keadilan sosial yang nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun