Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Terima Kasih, Samurai Biru!

15 November 2024   23:59 Diperbarui: 16 November 2024   14:08 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas adalah satu kesimpulan yang muncul di pikiran saya, segera setelah pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia antara Timnas Indonesia vs Jepang tuntas, Jumat(15/11). Tanpa basa-basi, Jepang menunjukkan kelasnya sebagai salah satu tim kuat di Asia.

Meski bermain di depan puluhan ribu suporter tuan rumah, Wataru Endo dkk tetap mampu mendominasi jalannya pertandingan. Sekalipun sempat buntu selama setengah jam, kesabaran dan fokus mereka tetap terjaga.

Hasilnya, dua gol langsung hadir di akhir babak pertama, lewat gol bunuh diri Justin Hubner dan sepakan terukur Takumi Minamino. Dua gol di akhir babak pertama ini langsung merusak rencana taktik, sekaligus membuat Tim Garuda kena mental.

Di babak kedua, tim asuhan Hajime Moriyasu mampu mengatur tempo permainan dengan nyaman, dan semakin rileks setelah Hidemasa Morita mencetak gol di menit-menit awal babak kedua. Mereka bahkan membuat pertandingan praktis sudah "selesai" di menit ke 70, atau tak lama setelah Yukinari Sugawara mencetak gol dari sudut sempit.

Dengan materi pemain yang sebagian besar bermain di Eropa sebagai pemain inti, Jepang jelas punya level berbeda. Mereka tahu bagaimana menjaga fokus dan bermain sesuai rencana taktik, sekalipun dalam suasana gemuruh di Gelora Bung Karno.

Tim ini benar-benar mengajari tim asuhan Shin Tae-yong, tentang bagaimana menjaga fokus dan berusaha menang di partai tandang. Tak peduli dari manapun wasitnya dan seheboh apapun penonton di stadion, kemenangan bisa diraih, selama tim bisa fokus sepanjang pertandingan.

Skor akhir 4-0, dan alur permainan yang relatif bersih juga menjadi satu bukti, mengapa tim dari Asia Timur ini menjadi tim penghuni peringkat 15 FIFA, sekaligus menjadi yang teratas di Asia. Bagi Timnas Indonesia, kekalahan kandang ini jelas menjadi satu pukulan keras, walau sebenarnya masih bisa diterima.

Tapi, daripada meratapi kekalahan atas Jepang, kita justru perlu berterima kasih kepada lawan kali ini, karena sudah tampil sangat jujur di lapangan, dan sedikit menyadarkan publik sepak bola nasional.

Disadari atau tidak, sejak beberapa hari terakhir, media di Indonesia sudah berhasil membangun narasi optimis dengan begitu lihainya. Saking optimisnya, keyakinan bisa menang dari Jepang pun mengemuka, seperti biasa dalam wujud prediksi rasa ekspektasi.

Di satu sisi, ini bagus untuk memompa semangat tanding. Masalahnya, jika ini tidak diikuti dengan kesadaran penuh soal kekuatan tim sendiri dan lawan, sebuah kekalahan yang wajar pun akan terasa sangat sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun