Sejak lama, minum kopi sudah menjadi satu aktivitas yang membudaya di masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, minum kopi turut menjadi bagian gaya hidup kekinian, dengan barista sebagai satu figur unik.
Sepintas, peran barista terlihat simpel, karena lebih banyak fokus meracik minuman atau menangani urusan perkopian. Tak heran, peran barista kadang dipersepsikan secara terbatas pada area teknis.
Amani & Ihsaniyati (2020) menyebut, barista sendiri pada dasarnya merupakan istilah untuk menyebut orang yang membuat kopi, atau minuman dengan campuran kopi, tapi seiring berkembangnya industri warung kopi dan budaya minum kopi (khususnya dalam konteks kekinian di Indonesia) peran barista tidak hanya terbatas sebagai peracik kopi.
Barista juga merupakan sosok "seniman" yang bertugas mengatur campuran dan takaran ideal yang dibutuhkan, untuk membuat secangkir kopi dan minuman dengan campuran kopi. Ibarat sebuah orkestra, barista adalah konduktor yang mengatur tempo dan menjaga nada tetap harmonis.
Ramadhan (2017) juga menjelaskan, dalam konteks kekinian, barista dapat dilihat juga sebagai seni mencampur atau "mix and match" pada jenis makanan atau minuman tertentu, seperti kopi, sehingga dapat menjadi satu produk dengan estetika tinggi, tanpa melupakan kualitas produk itu sendiri. Dengan demikian, profesi barista bukan hanya sebatas tugas "meracik kopi".
Seiring berkembangnya industri warung kopi lokal kekinian di Indonesia, barista mulai dilihat sebagai satu profesi unik yang menjanjikan. Maka, wajar kalau pendidikan kursus atau sekolah barista cukup banyak muncul, khususnya di sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Berkat perkembangan tren budaya minum kopi kekinian, peran barista juga menemukan satu fungsi lain yang cukup potensial, yakni fungsi edukasi. Dengan dasar pengetahuan dan keterampilannya, barista (seharusnya) sudah punya modal awal lebih dari cukup.
Modal pengetahuan dan keterampilan ini biasanya akan semakin kaya, seiring dengan bertambahnya pengalaman. Jadi, semakin banyak pengalaman yang sudah dimiliki, semakin luwes juga gaya seorang barista dalam mengedukasi konsumen, sehingga tidak ada kesan menggurui, karena interaksi yang berjalan relatif cair, seperti layaknya obrolan khas warung kopi.
Dari sini, tanpa harus membahas hal berat seperti filosofi atau semacamnya, barista bisa membantu konsumen belajar banyak hal secara menyenangkan. Jadi, sekalipun harga produknya mahal, ada manfaat lain yang membuat harga mahal itu layak.
Mulai dari jenis kopi, karakteristik rasa, teknik sampai estetika penyajian, semua ini akan menambah wawasan konsumen, juga menjadi satu nilai tambah tersendiri buat barista dan warung kopi, karena unsur edukatif seperti ini adalah satu hal yang "mahal" dan "mewah".