Sejak akhir bulan Agustus lalu, saya mengalami cedera keseleo di pangkal paha kanan. Akibatnya, butuh waktu kurang lebih dua minggu, dan dua kali pijat ke ahli pijat langganan, untuk membuatnya berangsur membaik.
Meski bukan pertama kalinya keseleo, cedera kali ini bisa dibilang cukup parah, karena menghasilkan rasa nyeri dan situasi "setengah lumpuh" di sebagian kaki kanan.Â
Bagian yang cukup menyebalkan adalah, jenis cedera kali ini lebih disebabkan oleh otot tertarik. Apa boleh buat, latihan setelah pijatan pertama dilakukan dengan sangat hati-hati dan perlahan.
Butuh waktu sekitar seminggu sampai akhirnya mulai bisa berjalan, dan butuh satu pijatan lagi, untuk membuat kaki terasa lebih nyaman saat digerakkan. Meski belum sembuh benar, kemajuan ini cukup menyenangkan, karena (akhirnya) ada cukup sisa tenaga, yang bisa dimanfaatkan untuk kembali (setidaknya mencoba) menulis secara rutin.
Tapi, pada prosesnya, ada satu pengalaman kurang mengenakkan, karena sebelum akhirnya dipijat lagi, saya (dan keluarga) sempat kena "prank" jasa pengobatan alternatif.
Berawal dari sebuah iklan di media sosial tentang pengobatan alternatif Ida Dayak, yang sebenarnya juga cukup populer, khususnya di Bogor dan sekitarnya, keluarga tanpa ragu-ragu mendaftar dan langsung membayar via transfer, karena di iklan itu disebutkan, Ida Dayak akan berkunjung ke Yogyakarta.
Semasa SMA dulu, saya pernah mendengar tentang pengobatan alternatif ala Suku Dayak, khususnya dari teman-teman yang memang berasal dari Kalimantan. Ada yang memakai ramuan khusus, dan ada juga yang memakai teknik khusus.
Karena ada sedikit gambaran dan info dari "akamsi", saya mencoba berpikir positif. Meski begitu, saya tetap perlu kroscek lewat internet untuk memastikan.
Lampu kuning ternyata muncul, karena pada tahun 2023 lalu, ternyata sempat ada hoaks seputar pengobatan alternatif Ida Dayak di Alun-Alun Selatan Yogyakarta.
Dari sejumlah pemberitaan di media, disebutkan ada puluhan orang kena "prank", dan ternyata modus ini sudah terjadi berulang.