Euforia. Begitulah gambaran situasi yang muncul, seiring kesuksesan Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF U-19, Senin (29/7). Gol tunggal Jens Raven di babak pertama memastikan kemenangan 1-0 atas Thailand di final, yang sekaligus menjadi gelar kedua Garuda Muda di level U-19.
Secara hasil akhir, kemenangan ini menghadirkan satu catatan istimewa buat tim asuhan Indra Sjafri. Maklum, mereka menyapu bersih kemenangan di 5 pertandingan, dan hanya kebobolan dua gol.
Dengan performa seperti ini, wajar jika optimisme mengemuka bersama euforia. Ada harapan untuk bisa lolos ke putaran final Piala Asia U-20 di Tiongkok, dan mengejar mimpi lolos ke Piala Dunia U-20 di Chile tahun 2025.
Terdekat, Welber Jardim dkk akan bertanding menghadapi Timor Leste, Maladewa dan Yaman di Kualifikasi Piala Asia U-20. Di atas kertas, peluang Timnas U-19 lolos ke putaran final cukup terbuka. Kebetulan, Indonesia menjadi salah satu tuan rumah kualifikasi.
Meski prestasi di level Asia Tenggara belum bisa jadi modal ideal untuk bersaing di level Asia, setidaknya ada satu alasan mengapa Indonesia bisa percaya diri. Tentunya selain karena jadi tuan rumah.
Tapi, berangkat dari pengalaman serupa di masa lalu, Garuda Muda tak boleh terlena. Seperti diketahui saat pertama kali juara Piala AFF U-19 tahun 2013 silam, euforia juga muncul.
Bahkan, tim angkatan Evan Dimas dkk langsung diberi label "generasi emas", yang makin disorot usai mengalahkan Korea Selatan 3-2 di Kualifikasi Piala Asia U-19 edisi 2014. Sorotan itu makin menjadi, setelah PSSI langsung mengadakan tur keliling Indonesia bertajuk Tur Nusantara.
Akibatnya, tim yang saat itu juga diasuh Indra Sjafri tampil hancur-hancuran di Piala Asia U-19 2014. Dalam turnamen yang dihelat di Myanmar itu, Timnas U-19 menelan 3 kekalahan atas Uzbekistan (1-3), Australia (0-1) dan Uni Emirat Arab (1-4).
Apa boleh buat, tim yang awalnya terlihat menjanjikan hancur lebur, justru saat ujian utama datang. Jangankan lolos ke Piala Dunia U-20, meraih poin di fase grup Piala Asia U-19 saja tak mampu.
Generasi emas yang digadang-gadang pun akhirnya tak pernah benar-benar bersinar. Evan Dimas sudah meredup sejak usia 25 tahun, Putu Gede meniti karier sebagai anggota kepolisian, dan Dimas Drajad tercatat sebagai anggota TNI.