Bicara soal Timnas Indonesia dan PSSI secara umum, sebenarnya menjadi satu hal yang kadang terasa "tricky". Maklum, Â ekspektasi publik sepak bola nasional kadang timpang dengan kualitas aktual tim.
Satu hal lain yang membuat situasi "tricky" makin sempurna adalah, ada bias nasionalisme cenderung banal, dan biasa dibonceng PSSI. Apa boleh buat, ada kesan kurang waras yang berkembang menjadi satu kebiasaan.
Terbukti, Timnas Indonesia sangat sering ganti pelatih. Jadi, ketika PSSI memperpanjang kontrak pelatih Shin Tae-yong, dan Presiden Jokowi memberi sang pelatih "Golden Visa" pada Kamis (25/7) lalu, sebuah anomali mulai muncul.
Sebelumnya, PSSI sudah lebih dulu menggarap potensi nyata berupa pemain diaspora Indonesia di luar negeri (kebanyakan Belanda) alih-alih masih percaya pada "potensi" yang masih di awang-awang.
Tentu saja, aneka anomali di Timnas Indonesia ini tak lepas dari keberadaan Erick Thohir di posisi Ketua Umum PSSI. Pengalaman sebagai pemilik klub Inter Milan (Italia) dan DC United (Amerika Serikat) membuatnya tahu, hal yang harus dilakukan, sambil menunggu sistem pembinaan pemain muda selesai dibenahi dan bisa berbuah.
Idealnya, pembinaan pemain muda memang jadi kunci perkembangan sepak bola nasional. Tapi, berhubung sistem pembinaan pemain muda di Indonesia masih belum digarap serius, butuh waktu bertahun-tahun untuk membuatnya bisa berbuah.
Untuk jangka pendek, hasilnya memang mulai terlihat. Lolos ke babak gugur Piala Asia 2023, semifinal Piala Asia U-23, babak  akhir Kualifikasi Olimpiade 2024, dan putaran final Piala Asia 2027, plus lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia zona Asia sebagai wakil tunggal Asia Tenggara menjadi hasil yang didapat.
Biasanya, sebuah progres rawan membuat silau, tapi PSSI justru terlihat kalem. Terbukti, mereka hanya menetapkan target masuk peringkat 100 besar FIFA, segera setelah memperpanjang kontrak Shin Tae-yong.
Mungkin, ini terlihat tak biasa, tapi menjadi logis, karena kenaikan peringkat FIFA memang penting untuk sebuah tim nasional. Semakin tinggi peringkatnya, semakin bagus posisi tim di pot undian turnamen mayor.
Untuk itulah, perlu ada stabilitas di pos pelatih. Meski masih punya kontrak sampai 2027, tidak menutup kemungkinan Shin Tae-yong akan bertahan lebih lama. Maklum, Golden Visa yang dipegang sang pelatih berlaku antara 5-10 tahun.