Kerawanan yang ada semakin sempurna, karena korupsi masih jadi masalah.
Ini baru satu janji program, belum termasuk janji-janji lain.
Berangkat dari situ, akan aneh jika sampai ada yang dengan polosnya menagih janji, dengan tuntutan sama persis, bahkan lebih baik dari yang dikatakan. Mereka hanya memakai janji itu sebagai gincu, dan sudah pasti lupa jika sudah cuci muka atau memakai polesan gincu baru.
Politik adalah satu dunia yang terlalu kotor untuk orang-orang yang terlalu naif. Tidak ada tempat untuk rasa sakit hati, karena terlalu banyak polesan gincu, kutu loncat, belut, bahkan serigala di sini. Mereka terlalu pintar untuk berkelit, pura-pura lupa, dan berlagak bodoh.
Berhubung gincu "revolusi mental" ternyata malah menghasilkan "dinasti" baru, jangan kaget kalau nanti ada terlalu banyak "syarat dan ketentuan berlaku" pada program "makan siang gratis" dan kawan-kawan.
Lagipula, program "makan siang gratis" ini saja sudah terdengar aneh, karena realita dalam dunia politik justru lebih sering berkata "tidak ada makan siang gratis".
Di sisi lain, gincu janji-janji para politisi seharusnya bisa menjadi pelajaran mahal. Tidak perlu bersikap terlalu kritis, cukup realistis saja, karena politik bukan dunia yang sebegitu polos. Apapun bisa terjadi, karena kepentingan di atas segalanya.
Berhubung sudah terlalu banyak lakon ingkar janji, dan pura-pura lupa di sini, sudah saatnya kita melihat edukasi sebagai satu urgensi. Tujuan utamanya bukan sebatas membangun pandangan kritis, tapi supaya kita tetap sadar dan waspada.
Ini adalah satu alam, dimana orang yang terlihat "polos dan bersih" ternyata sangat kotor, dan orang yang berkali-kali tetsangkut kasus pun bisa terlihat bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H