Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Brasil dan Sebuah Siklus Pembaruan Usang

26 Juni 2024   17:41 Diperbarui: 26 Juni 2024   17:47 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal Timnas Brasil, tentu tak lepas dari keberadaan pemain berkualitas. Dari generasi ke generasi, selalu saja ada pemain bagus di setiap posisi, dari kiper sampai penyerang.

Saking melimpahnya, Brasil hampir selalu bisa bongkar pasang tim, dengan materi pemain dan pelatih berbeda di setiap turnamen mayor. Inilah yang membuat Selecao punya komposisi tim relatif seimbang secara usia dan kualitas. Ada pemain muda berbakat yang berpadu-padan dengan pemain senior.

Di Copa America 2024, fenomena ini kembali terlihat, dengan pemain muda macam Endryck, Vinicius Junior dan Rodrygo (Real Madrid) berada satu tim dengan pemain berpengalaman macam Alisson (Liverpool) dan Marquinhos (PSG).

Dengan reputasi sebagai tim tersukses di ajang Piala Dunia, dan kekuatan global sepak bola dunia, sulit untuk mencoret Tim Samba begitu saja dari daftar unggulan. Mereka tim yang enak dilihat secara teknik individu dan permainan.

Tapi, seiring mekarnya modernitas sepak bola, pembaruan rutin khas Brasil malah menampilkan kemunduran demi kemunduran.


Jogo Bonito yang usang terus dipakai, hingga menghasilkan satu tim yang kurang padu, karena semakin banyak pemain yang suka menggiring bola ketimbang mengoper. Tidak ada lagi tim Brasil yang ditakuti, karena mereka terlihat tumpul dan rapuh.

Tanpa sosok pemain nomor 10 seperti Neymar, mereka seperti kehabisan ide, bahkan saat bermain dominan, seperti terjadi pada laga perdana fase grup Copa America 2024 melawan Kosta Rika yang berakhir tanpa gol.

Di kursi pelatih, kualitas pelatih yang ada mulai sulit mengimbangi tekanan tinggi dan talenta pemain dalam tim. Akibatnya, pergantian pelatih terjadi dalam tempo cukup sering.

Sepeninggal Tite usai Piala Dunia 2022, ada Fernando Diniz dan Dorival Junior yang bergantian ditunjuk CBF (PSSI-nya Brasil) menjadi pelatih, hanya dalam waktu dua tahun. Situasi ini mau tak mau membawa ketidakstabilan di Timnas Brasil.

Meski tak banyak pemain top Brasil yang beralih menjadi pelatih setelah pensiun, negara terbesar di Amerika Selatan ini masih punya stok pelatih lokal, yang setidaknya bisa menjaga tradisi "lokal pride" di kursi pelatih tim nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun