Satu kejutan muncul di Bundesliga Jerman, dengan Bayern Munich menunjuk Vincent Kompany sebagai pelatih baru menggantikan Thomas Tuchel. Untuk ukuran klub besar, keputusan menunjuk pelatih yang masih hijau dan baru saja terdegradasi bersama Burnley di Liga Inggris, ini adalah keputusan tak biasa.
Sebagian orang mungkin melihat, kedatangan Kompany di Allianz Arena adalah satu keputusan panik. Seperti diketahui, Bayern sempat kesulitan karena ditolak sejumlah kandidat pelatih.
Ada juga yang melihat, ini adalah satu upaya Die Roten meniru strategi sukses Bayer Leverkusen, kala mendatangkan Xabi Alonso. Seperti diketahui, Die Werkself sukses mengawinkan titel Bundesliga dan DFB Pokal di bawah asuhan pelatih asal Spanyol.
Tapi, satu hal yang belakangan terkonfirmasi, manajemen The Bavarians ternyata memilih pelatih asal Belgia itu atas saran Pep Guardiola (eks pelatih Bayern Munich periode 2013-2016).
Tentu saja, ada ide pembaruan di sini, tapi ada juga risiko gagal cukup tinggi, karena Bayern adalah pengalaman pertama Kompany sebagai pelatih di klub dengan tuntutan prestasi tinggi tiap musim.
Bergeser ke Inggris, ada satu rangkaian cerita unik di Liga Inggris, karena melibatkan pelatih-pelatih berkepala plontos, baik yang statusnya sudah terkonfirmasi maupun belum.
Dari yang sudah terkonfirmasi, ada dua pelatih berkepala plontos yang menjadi pendatang baru di Liverpool dan Chelsea. Di Liverpool, Arne Slot sudah mulai bertugas sebagai pelatih baru menggantikan Juergen Klopp.
Di London, Enzo Maresca ditunjuk sebagai pelatih baru Chelsea, tak lama setelah klub berpisah dengan Mauricio Pochettino. Keputusan ini sempat disayangkan fans, karena pelatih asal Argentina itu mampu membawa klub lolos ke final Carabao Cup, semifinal Piala FA, dan finis di posisi enam Liga Inggris.