Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Chelsea Era Boehly, Proyek Mahal tapi Gagal?

7 Februari 2024   17:12 Diperbarui: 8 Februari 2024   02:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilik Chelsea, Todd Boehly, menyaksikan laga Liga Inggris antara Chelsea dan Leicester City di Stadion Stamford Bridge, London, 27 Agustus 2022. (AP/DAVID CLIFF via Kompas.id)

Moises Caicedo si pemain termahal Liga Inggris cukup sering membuat blunder, Mikhaylo Mudryk masih melempem, Romeo Lavia cukup lama masuk ruang perawatan seperti halnya Christopher Nkunku, sementara Malo Gusto dan Marc Cucurella masih kesulitan tampil konsisten.

Itu belum termasuk pemain senior seperti Thiago Silva yang secara performa sudah cukup menurun. Dengan dana sebesar itu, terjebak di papan tengah Liga Inggris jelas memalukan.

Buat apa belanja begitu banyak, kalau posisi di klasemen malah medioker?

Dengan kekacauan yang sejauh ini berkembang, bukan kejutan kalau pemain seperti Enzo Fernandez belakangan disebut-sebut mulai membuka pintu untuk pergi.

Dengan profil sebagai seorang pemenang Piala Dunia dan usia yang masih 23 tahun, manuver pemain asal Argentina ini jelas menunjukkan, seberapa kacau situasi tim. Ada iming-iming proyek jangka panjang dengan gaji wah, tapi performanya serba kacau.

Padahal, kalau prestasi tim jeblok dan gagal lolos ke Liga Champions, biasanya ada penyesuaian gaji, supaya tidak melanggar aturan Financial Fair Play. Jadi, meski menarik, iming-iming paket gaji besar bisa hilang dengan sendirinya.

Kalau ini terus dibiarkan berlanjut, ikatan kontrak jangka panjang buat para pemain hanya akan jadi jebakan. Sudah performa tim kacau, CV karier rusak, klub peminat juga pasti cenderung lebih suka membeli pemain dengan harga dan gaji yang lebih masuk akal.

Klub sendiri juga tak bisa terus bergantung pada sokongan dana pemilik, karena regulasi keuangan sudah semakin ketat.

Lain cerita kalau Todd Boehly dkk memakai model "moneyball" seperti di Brighton atau memakai kebijakan "jual dulu baru beli" seperti Liverpool. Tekanannya jelas tak akan sebesar sekarang.

Normalnya, sebuah tim yang dibangun dari belanja besar-besaran minimal bisa bersaing di papan atas di tahun-tahun awal, tapi karena Chelsea era Boehly terkesan ugal-ugalan, performa mereka malah menunjukkan, manajemen tim bergerak serampangan.

Jadi, bukannya memperkuat tim, belanja besar-besaran Chelsea malah merusak performa tim secara umum. Untuk urusan satu ini, pelatih Mauricio Pochettino kerap jadi kambing hitam, tapi bukan dia biang kerok utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun