Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Sebuah Kesederhanaan Kompleks

26 Desember 2023   22:47 Diperbarui: 26 Desember 2023   22:53 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal menulis, kadang aktivitas satu ini dianggap remeh, karena tidak terlihat keren seperti membaca. Apalagi kalau buku yang dibaca adalah buku kelas berat, dengan analisis sedalam Palung Mariana dan bahasa sekeriting mie instan.

Kadang, menulis juga dianggap remeh, karena idenya bisa diambil dari mana saja. Datangnya pun bisa dari mana saja. Dari khotbah di tempat ibadah sampai situasi sedang iseng bernyanyi di kamar mandi.

Untuk urusan yang satu ini, orang yang sudah bertahun-tahun menulis pun bisa terlihat sangat bodoh dimata orang yang (setidaknya merasa) tahu segalanya, punya banyak ide, tapi punya semilyar alasan untuk tidak menuliskannya.

Baca juga: Bangku Belakang

Kalaupun bisa ditulis, si pemilik ide itu pasti akan cukup tersiksa pada prosesnya, karena terlalu banyak ide dalam satu kepala bisa membuat ide-ide itu baku hantam di pikiran, supaya bisa dituangkan ke dalam tulisan. 

Situasi ini mungkin terlihat aneh, tapi masih wajar. Meski punya ide, menulis lebih membutuhkan satu dasar ide berkualitas, bukan seribu ide kosong.

Di era kekinian, menulis menjadi semakin terlihat remeh, karena bisa dilakukan di ponsel, seperti pada tulisan yang sedang Anda baca ini. Saking samarnya, aktivitas menulis di ponsel kadang sulit dibedakan dengan chatting atau main game.

Apalagi kalau itu dilakukan sambil mendengarkan musik, entah lewat Youtube, Spotify, atau yang lainnya. Sebuah  kamuflase yang sebenarnya memberi rasa nyaman, tapi lebih banyak disalahartikan sebagai satu kegabutan.

Padahal, dibalik tampilan yang terlihat remeh, menulis punya satu kompleksitas yang justru membuatnya unik. Pada tingkat tertentu, menulis bahkan bisa mengasah kepekaan batin, seperti yang terjadi jika seseorang rutin berdoa atau melakukan lelaku spiritual.

Kebetulan, menulis sendiri adalah satu aktivitas olah batin, yang secara aplikatif biasa dijadikan sebagai satu medium terapi kesehatan mental alias terapi psikologi.

Jadi, bukan hal aneh kalau misal kita mengalami sedikit pengalaman "tidak biasa" dalam proses menulis. Pada awalnya, ini memang agak menguras energi, tapi ini adalah satu tanda positif kepekaan batin, dalam porsinya sebagai sebuah kesadaran konstruktif, bukan kemampuan uji nyali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun