Judul di atas mungkin terdengar berlebihan, karena Santos FC adalah klub Brasil yang meraih aneka trofi tingkat domestik dan internasional, juga mencetak talenta kelas dunia macam Pele dan Neymar.
Sementara itu, Persipura Jayapura "hanya" pernah berjaya di level domestik dan pernah mencapai semifinal Piala AFC. Tapi, dalam hal permasalahan di era terkini, kedua klub punya masalah cukup mirip, yang membuat tim terdegradasi dari kasta tertinggi.
Uniknya, kedua klub pernah berhadapan di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta tahun 2013. Kala itu Santos yang memainkan tim U-23 kalah 1-2 dari Persipura, yang mencetak gol lewat aksi Boaz Solossa dan Ian Kabes.
Di Brasil, Santos terjerat masalah salah urus manajemen dan dugaan penggelapan. Memang, dari beberapa penjualan pemain bintang, mereka bisa berinvestasi di akademi. Tapi, salah urus manajemen membuat klub terjerat krisis keuangan dan dihukum larangan transfer pemain oleh FIFA, antara lain akibat masalah tunggakan gaji.
Maka, ketika Peixe akhirnya terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Brasil pada musim 2023, ini adalah buah kekacauan yang sudah ditanam selama beberapa tahun terakhir.
Di Indonesia, kejatuhan serupa lebih dulu terjadi pada tahun 2022. Tepatnya, ketika Persipura Jayapura secara menyesakkan terdegradasi dari Liga 1. Kebetulan, Seperti halnya Santos FC, Persipura juga punya basis penggemar fanatik cukup kuat di daerah asalnya.
Disebut demikian, karena Tim Mutiara Hitam adalah tim tersukses di era modern Liga Indonesia, dengan 4 kali juara. Dalam hal materi pemain, mereka juga hampir selalu punya pemain lokal berkualitas.
Mulai dari era Eduard Ivakdalam, Ortizan Solossa, Boaz Solossa sampai Todd Rivaldo Ferre, semuanya mampu berpadu-padan dengan pemain-pemain asing macam Robertino Pugliara (Argentina), Bio Paulin (Kamerun, saat ini sudah menjadi WNI) dan Yoo Jae Hoon (Korea Selatan, saat ini sudah menjadi WNI).
Sayangnya, modal kuat ini pelan-pelan tergerus oleh putusnya rantai regenerasi pemain, dan kesulitan finansial akibat keterbatasan sponsor.