Ada program seleksi dan scouting yang terkesan mendadak, ditambah program pelatnas lima minggu di Jerman, yang terkesan menjadi solusi instan.
Secara materi pemain, Garuda Muda juga terlihat kurang meyakinkan. Meski punya Welber Jardim (Sao Paulo, Brasil) dan Amar Brkic (Hoffenheim, Jerman), kebanyakan pemain di tim ini sempat vakum dari tim nasional hampir setahun, karena sebelumnya gagal lolos kualifikasi Piala Asia U-17.
Dalam hal pengalaman bertanding, tidak semua pemain punya pengalaman memadai, karena sebagian pemain Timnas U-17 bermain di tim PPLP, PPOP, SSB, dan tingkat sekolah.
Dengan usia yang masih muda, kemampuan para pemain memang masih bisa berkembang, tapi berhubung Piala Dunia U-17 juga menghadirkan talenta muda kelas dunia seperti Marc Guiu (Spanyol, Barcelona), Claudio Echeverri (Argentina, River Plate) dan Noah Darvich (Jerman, Barcelona), jelas ada gap yang masih harus dikejar.
Disaat negara-negara lain banyak mengandalkan kompetisi usia muda, bahkan ada pemain yang sudah berani "abroad", kompetisi usia muda di Indonesia masih belum bisa sepenuhnya diandalkan.
Berangkat dari sinilah, publik sepak bola nasional perlu mengatur ekspektasi buat Welber Jardim dkk, supaya apapun capaian Timnas U-17 nanti, mereka bisa tetap terus berkembang, hingga menjadi pemain di level senior.
Diluar urusan lapangan hijau, satu hal lain yang membuat Piala Dunia U-17 terlihat meragukan adalah, potensi politisasi turnamen dan Timnas U-17 oleh pihak-pihak tertentu.
Seperti diketahui, suhu politik nasional sedang memanas, dan berhubung sepak bola nasional kadang masih rawan dipolitisasi, rasanya tidak mengejutkan kalau Piala Dunia U-17 bisa jadi panggung politisasi pihak-pihak tertentu, seperti yang sudah terjadi saat Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 di saat terakhir.
Karena itulah, kita hanya bisa menikmati Piala Dunia U-17, sambil berharap Timnas U-17 bisa tampil semaksimal mungkin. Jadi, kalaupun tidak menang dan tersingkir di fase grup, mereka tidak jadi bulan-bulanan Panama, Ekuador dan Maroko. Â
Selebihnya, itu bonus. Jangankan juara, bisa lolos dari fase grup saja sudah hebat sekali.
Bisakah?