Pada bulan-bulan awal musim 2023-2024, klub Ajax Amsterdam cukup banyak disorot. Bukan karena performa bagus atau talenta baru yang menarik perhatian, tapi karena performa jeblok di lapangan.
Seperti diketahui, klub raksasa Liga Eredivisie Belanda itu tersesat di zona degradasi, setelah hanya meraih satu kemenangan dan 2 hasil imbang dari 7 pertandingan awal. Pada akhir pekan lalu, klub ibukota ini bahkan kalah 4-3 dari FC Utrecht, klub yang sebelum pekan ke 9 hanya mampu menang sekali di 8 pertandingan.
Meski masih punya tabungan dua laga tunda, catatan performa ini jelas sangat jauh dari standar performa klub tersukses di Liga Belanda, yang juga punya salah akademi sepak bola kelas satu di Eropa.
Soal jebloknya performa Si Merah Putih di lapangan, sebenarnya tak lepas dari kekacauan di area teknis. Sejak menjadi juara liga di musim 2021-2022, mereka secara bertutut-turut ditinggal Erik Ten Hag (pelatih, pindah ke Manchester United), Marc Overmars (Direktur Olahraga, mengundurkan diri) dan Edwin Van Der Sar (CEO, mengundurkan diri).
Tak cukup sampai disitu, klub penghuni Stadion Johan Cruyff Arena ini juga ditinggal pemain kunci macam Lisandro Martinez dan Antony (ke Manchester United), Jurrien Timber (Arsenal) ditambah duo Mohammed Kudus dan Edson Alvarez (West Ham).
Meski mendatangkan banyak uang seperti biasa, pemain pengganti yang didatangkan seperti Josip Sutalo, Gaston Avila dan Carlos Forbs ternyata tidak bisa langsung klik di tim.
Ditambah lagi, Direktur Olahraga baru klub, yakni Sven Mislintat hanya bertugas efektif selama empat bulan, setelah menjalani periode singkat penuh disharmoni dengan pelatih Maurice Steijn, yang belakangan dicopot tak lama setelah kekalahan dari FC Utrecht.Â
Untuk ukuran tim pemenang 36 gelar juara Liga Belanda dan 4 gelar juara Liga Champions, ini jelas sebuah bencana. Tapi, kasus seperti ini ternyata pernah terjadi juga di River Plate, klub raksasa Liga Argentina, tepatnya pada tahun 2011.
Kebetulan, klub rival bebuyutan Boca Juniors ini juga punya profil mirip Ajax: klub tersukses di liga (36 kali juara), punya akademi sepak bola kelas satu, dan mampu berprestasi di level benua. Uniknya, mereka juga punya seragam utama berwarna khas putih dan merah.
Sebelum tahun 2011, La Banda berbagi status elit dengan Boca Juniors sebagai tim yang tak pernah terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Argentina. Selain itu, mereka juga rutin mengekspor pemain bintang ke liga top Eropa.