Jelas, sisi sadar diri PSSI kali ini juga bisa menggambarkan, seberapa banyak kekurangan yang masih harus dikejar, baik itu dari aspek olahraga maupun manusianya.
Masalah ini sudah lama ada, tapi terlalu sering ditutupi dengan lagu lama berjudul "kita punya potensi". Andai Arab Saudi tak maju dengan membawa serta portofolio proyek Saudi Pro League dan kekuatan fulus melimpah, mungkin PSSI masih akan maju terus pantang mundur seperti mobil balap.
Soal potensi jadi tuan rumah, peluang Arab Saudi sendiri cukup terbuka, karena FIFA sudah meminta negara Timur Tengah itu untuk mengirim penawaran resmi.
Terlepas dari dana melimpah di sana, FIFA tentu masih ingat dengan kisah sukses penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar, yang notabene negara tetangga Arab Saudi.
Apalagi, dengan geliat sepak bola Saudi yang belakangan jadi sorotan dunia, ada potensi untuk Saudi Pro League menjadi (minimal) seperti MLS di Amerika Serikat. Kebetulan, animo suporter di sana juga cukup tinggi.
Siapa mau menolak kesempatan sukses kedua? Jelas, FIFA tidak naif soal cuan.
Animo suporter tinggi, dengan daya beli yang juga tinggi dan pemerintah yang sangat suportif. Kurang apa lagi?
Berangkat dari sikap "sadar diri" inilah, PSSI seharusnya bisa mulai menata sepak bola nasional secara serius di berbagai aspek. Masih ada waktu paling tidak 15-20 tahun lagi, menuju 2050, yang kebetulan tak jauh dari tahun "Visi Indonesia Emas" 2045.
Tapi, dari sinilah semuanya akan mulai menentukan. Kalau selama waktu 15-20 tahun lagi sepak bola nasional masih ruwet, bahkan lebih parah dari sekarang, berarti sudah saatnya kita tidak berharap apapun dari sepak bola nasional.
Ini hanya hiburan rakyat, yang kadang bisa jadi alat politik pihak tertentu. Bisa dibilang, ia ada hanya untuk dinikmati, tapi bukan untuk diharapkan bisa berprestasi tinggi seperti cabor lain, bulutangkis misalnya.
Jadi, untuk saat ini, kita hanya bisa berharap, sikap sadar diri PSSI ini ada, bukan sebatas karena mereka "dikepret" kekuatan fulus Arab Saudi, tapi memang karena sadar, ada banyak hal yang perlu segera diperbaiki, sehingga, kalaupun tidak lolos lewat "jalur tuan rumah", Timnas Indonesia masih bisa lolos lewat jalur kualifikasi.