Bergeser ke era 2000-an, ada nama-nama tenar seperti Ortizan Solossa, Boaz Solossa, dan Ricardo Salampessy (legenda Persipura Jayapura) yang sama-sama jadi PNS di Papua. Ada juga Zaenal Arief (legenda Persib Bandung) yang jadi PNS di Bandung.
Di era kekinian, jumlah pemain bola nasional yang jadi abdi negara belakangan cenderung meningkat, terutama sejak TNI punya klub PS TNI (kini Persikabo 1973) dan Polri punya Bhayangkara FC.
Di kedua klub ini, belakangan muncul pemain-pemain merangkap abdi negara. Bhayangkara FC antara lain punya Indra Kahfi, Awan Setho dan Hargianto, yang di luar lapangan hijau merupakan anggota kepolisian.
Di Persikabo, ada Manahati Lestusen dan Dimas Drajad yang merupakan anggota TNI. Ada juga Alwi Slamat (Persebaya Surabaya) dan Ahmad Nufiandani (Dewa United) yang juga anggota TNI dan pernah bermain di Persikabo.
Dengan semakin banyaknya jumlah pesepak bola nasional yang jadi abdi negara, ini menjadi satu sinyal positif, karena TNI dan Polri sama-sama mampu melihat dan mau menggarap serius potensi karier alternatif buat pesepak bola nasional.
Bak gayung bersambut, langkah TNI dan Polri ini juga mulai direspon baik oleh para pemain muda di Indonesia, yang punya kesadaran makin baik soal perencanaan karier jangka panjang.
Jadi, kalau sudah pensiun, dan tak kesampaian jadi pelatih, kesejahteraan tetap terjamin, karena sudah ada pekerjaan tetap, Â dengan masa edar lebih panjang.
Maklum, di luar masa edar yang tak terlalu panjang, tingkat risiko dan ketidakpastian menjadi pemain bola di Indonesia juga terlalu tinggi.
Diluar risiko cedera karena gaya main cenderung keras, kompetisi liga juga rawan terhenti karena situasi darurat. Imbasnya, kesejahteraan para pemain bisa kacau karena tak ada pemasukan akibat gaji tertunggak.
Efek berantai imbas pandemi dan Tragedi Kanjuruhan beberapa tahun terakhir telah membuktikan, seberapa parah tingkat ketidakpastian di Liga indonesia, dan seberapa buruk dampaknya bagi para pemain.
Maka, ketika para pemain muda di Indonesia mulai melirik "profesi idaman mertua", ini merupakan sebuah kemajuan pola pikir, karena mereka mulai bisa mengakali keruwetan yang ada. Dengan jadi abdi negara, tak ada masalah kalau sewaktu-waktu kompetisi distop karena keadaan darurat.