Bicara soal kiprah Arsenal di Liga Inggris musim ini, banyak yang menyebutnya sebagai satu kejutan. Maklum, dengan bermateri pemain muda, mereka mampu menjadi pesaing serius Manchester City dalam pacuan juara.
Dari segi kompetisi, ini bagus, karena membuat Liga Inggris jadi tidak membosankan. Di tengah limbungnya tim-tim seperti Liverpool, Manchester United dan Tottenham Hotspur, Arsenal  mampu menghadirkan satu nuansa kompetitif, yang selama ini jadi kelebihan Liga Inggris.
Tapi, jika melihat progres tim secara gradual, level aktual tim The Gunners  masih belum cukup untuk mengimbangi standar tinggi khas pasukan Pep Guardiola. Apa boleh buat, sensasi yang sempat diciptakan pelan-pelan mulai pudar.
Situasi pasukan Mikel Arteta saat ini kurang lebih seperti Liverpool era Juergen Klopp, saat belum mencapai titik puncak performa. Mereka sudah mulai bisa bermain dan meraih hasil bagus, tapi belum cukup kuat di fase krusial, karena masih kehilangan poin disaat poin penuh seharusnya diraih.
Terbukti, Tim Gudang Peluru hanya mampu mencatat 3 hasil imbang di tiga partai terakhir liga, termasuk hasil imbang 3-3 melawan tim juru kunci Southampton, Sabtu (22/4, dinihari WIB).
Sederhananya, Bukayo Saka cs sudah mampu untuk bersaing memperebutkan tiket Liga Champions, tapi belum siap untuk berpacu secara intens dalam pacuan juara liga. Terbukti, hasil imbang mampu diraih
Kalau sudah mampu, minimal mereka akan membuat City ketar-ketir hingga pekan terakhir, bahkan menjadi juara. Berangkat dari situasi itulah, meme "gajah duduk di ranting pohon" atau "gajah memanjat pohon" yang selama ini jadi guyonan jadi semakin relevan.
Memang, belakangan muncul juga narasi "enjoy the moment", yang khususnya beredar di kalangan Gooners. Sebuah narasi realistis, karena Arsenal memang sudah lama tidak terlibat dalam pacuan juara.
Tapi, karena ini konteksnya kompetisi, narasi seperti itu justru terkesan mengecilkan progres yang sudah dicapai. Kalau ingin lebih maju, narasi "enjoy the moment" ini tidak boleh dibiasakan, karena bisa menghadirkan rasa cepat puas, yang kalau dibiarkan justru akan melemahkan tim secara mental.
Sebelumnya, narasi kurang lebih mirip sempat muncul musim 2013-2014 di kalangan suporter Liverpool, dalam wujud narasi "make us dream". Kala itu, Si Merah mampu membuat kejutan, dengan menjadi saingan ketat Manchester City dalam pacuan juara.