Buktinya, tim penghuni Emirates Stadium ini dua kali melepas keunggulan 2-0, dan hanya bermain sempurna selama setengah jam. Selebihnya, sangat seadanya.
Mereka seperti lupa cara menyelesaikan pertandingan dengan baik, setelah mampu memulainya dengan baik, justru pada saat paling dibutuhkan.
Kelemahan ini jadi satu kerugian besar, karena Arsenal musim ini relatif tidak banyak diganggu masalah cedera pemain dan bisa sepenuhnya fokus di Liga Inggris, setelah sebelumnya tersingkir dini di ajang Liga Europa dan Piala FA.
Situasi makin tak menguntungkan, karena di pertandingan sisa Tim London Merah akan menghadapi lawan-lawan seperti Newcastle United, Brighton, Chelsea dan Manchester City. Ditambah lagi, Manchester City masih punya tabungan satu laga tunda.
Dengan pengalaman dan standar tinggi City di bawah Pep Guardiola, ditambah performa ganas Erling Haaland, rasanya Arsenal butuh lebih dari sebatas keberuntungan untuk bisa tetap di puncak klasemen.
Mereka masih butuh waktu 1-2 tahun lagi untuk bisa bersaing intens, dengan bekal pengalaman musim ini, dan tambahan pemain berkualitas, terutama di lini depan. Â
Soal pemain bagus, rival bebuyutan Tottenham Hotspur ini seharusnya bisa mendapatkan banyak pilihan menarik, jika mampu lolos ke Liga Champions musim depan.
Di sisi lain, meski menunjukkan kenaikan level yang menarik, kapasitas terkini Arsenal masih sebatas "bisa bersaing, tapi rawan kehabisan bensin di fase krusial.".
Mungkin, inilah alasan mengapa analogi "gajah duduk di ranting pohon" dan "gajah memanjat pohon" banyak digunakan untuk menggambarkan kiprah Arsenal di Liga Inggris musim ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI