Memang, Los Cules masih belum mampu lolos dari fase grup Liga Champions, yang memang bertekanan sangat tinggi. Tapi, mereka sudah mulai terbiasa dengan pacuan maraton di liga, dan mampu memanfaatkan grafik menurun tim rival.
Jadi, meski kalah di El Clasico jilid satu, kekurangan ini mampu ditutup dengan hasil positif saat Real Madrid tumbang atau gagal meraih kemenangan. Sebagai contoh, saat Real tumbang 0-1 dari Real Mallorca, Barca mampu merespon dengan kemenangan 3-0 atas Sevilla.
Hasil ini membuat The Catalans unggul 8 poin atas sang juara bertahan, dan membuka asa mengejar trofi liga. Sebuah progres dari proses yang sejauh ini sudah dibangun.
Di sisi lain, kemajuan Azulgrana sejauh ini juga menunjukkan, ada tekanan dan harapan besar yang mampu dikelola dengan baik menjadi hasil positif di liga.
Soal tekanan, itu hadir dari pengeluaran besar klub di bursa transfer musim panas lalu. Dengan mengaktifkan tuas ekonomi, Â Laporta dan manajemen klub sebenarnya bertaruh cukup besar.
Andai berhasil juara liga dan Copa Del Rey, mungkin ini bisa seimbang dengan dana yang sudah dipertaruhkan. Setidaknya, Â kerugian karena turun kelas ke Liga Europa juga bisa diminimalkan.
Jika tidak, mungkin ini akan jadi mimpi buruk lain buat kubu Nou Camp, setelah diterpa bencana keuangan akibat salah urus di era Josep Maria Bartomeu dan terpaan pandemi.
Dengan demikian, kita akan melihat lagi Barca yang selalu ingin menang seperti dulu, karena kemenangan akan semakin mendekatkan tim pada trofi juara dan pemasukan lebih besar
Selama Robert Lewandowski dkk masih bisa menikmati tekanan (dan kesulitan) yang ada, Piala Super Spanyol bukan trofi terakhir yang diraih. Inilah satu titik yang nantinya bisa jadi batu loncatan bagi Barca, untuk kembali menjadi salah satu tim unggulan di Liga Champions.
Mampukah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H