Judul di atas adalah pendapat saya soal hasil imbang 1-1 yang didapat Indonesia, saat menjamu Thailand, di fase grup Piala AFF 2022, Kamis (29/12).
Sempat unggul lebih dulu lewat penalti Marc Klok di awal babak kedua, laga yang turut ditonton langsung Presiden Jokowi ini berakhir imbang, setelah Sarach Yooyen menjebol gawang Nadeo Argawinata di menit-menit akhir pertandingan.
Sebenarnya, hasil ini cukup menguntungkan Indonesia, karena 7 poin yang didapat (secara virtual) sudah mengamankan tiket lolos ke semifinal. Kebetulan, di saat Thailand (nilai 7) dan Kamboja (6) harus baku hantam di partai terakhir, Tim Garuda hanya tinggal menghadapi Filipina (nilai 3), yang sudah masuk kotak.
Masalahnya, satu poin yang didapat di Jakarta ini adalah sebuah lampu kuning buat Tim Merah Putih. Seperti diketahui, selama setengah jam terakhir pertandingan, Terrasil Dangda dkk harus bermain dengan 10 orang.
Dalam kondisi normal, ini adalah situasi "game over" buat tim yang kalah jumlah pemain dan tertinggal satu gol. Tapi, penampilan kurang klinis Pratama Arhan dkk, ditambah konsentrasi yang kendor di menit-menit akhir babak kedua membuat sang juara bertahan mampu membawa pulang satu poin.
Situasi semakin terasa aneh buat tim asuhan Shin Tae-yong, karena di saat tim sedang membutuhkan tambahan penyerang, bukan Ramadan Sananta atau Ilija Spasojevic, tapi Muhammad Rafli yang malah diturunkan.
Padahal, dua nama pertama sudah mencetak gol saat melawan Brunei. Seharusnya, mereka lebih layak tampil, karena sudah menemukan sentuhan mencetak gol, yang biasanya menaikkan rasa percaya diri seorang penyerang.
Pelatih asal Korea Selatan itu boleh saja berargumen, Muhammad Rafli cocok dijadikan "target man". Masalahnya, dalam posisi tim yang sudah unggul jumlah pemain, mereka seharusnya berpeluang mengunci kemenangan, jika menurunkan penyerang yang mampu membuat peluang dan bermain efektif, bukan sebaliknya.
Inilah satu bagian taktik yang hilang dari rencana taktik eks pelatih Timnas Korea Selatan itu saat melawan anak asuh Mano Polking.Â
Kalau meminjam strategi Lionel Scaloni di Piala Dunia 2022, seharusnya penyerang Arema FC itu bisa diparkir dulu. Seperti dialami Lautaro Martinez yang tampil melempem, dan diganti Julian Alvarez yang terbukti lebih produktif dengan 4 golnya.