Situasi memang sempat membaik saat jagoan Eropa ini menahan imbang Spanyol 1-1 dan membungkam Kosta Rika 4-2. Tapi, Â kemenangan 7-0 Spanyol atas Kosta Rika di partai pembuka fase grup dan kemenangan 2-1 Jepang atas Spanyol membuat perbaikan itu percuma.
Untuk kedua kalinya secara beruntun, Jerman tersingkir di fase grup Piala Dunia. Sebuah stagnasi dan kemunduran yang nyata, untuk ukuran tim yang sebelumnya terlihat futuristik.
Sistem gegenpressing yang selama ini mereka andalkan, tampak mudah dijebol lewat serangan balik cepat. Cukup 1-2 peluang efektif, selesai sudah.
Soal pemain, mereka tampak kurang berani menampilkan darah muda seperti dulu, karena masih percaya dengan para senior. Mereka memang berpengalaman, tapi sudah "habis". Inilah yang membuat Jerman seperti kembali ke masa naik-turun prestasi antara tahun 1994-2004.
Satu lagi, soal rekam jejak di turnamen besar, tampaknya tim-tim lawan sudah mulai maklum dengan kebiasaan Jerman. Maka, bukan kejutan kalau para pesaing  berusaha mendepak mereka sedini mungkin, seperti yang terjadi dalam empat tahun terakhir.
Dengan mematikan mesin yang belum panas, kesulitan di babak lanjut tidak akan seberat sebelumnya. Itu sudah sukses dilakukan, dan tampaknya akan jadi strategi umum di turnamen selanjutnya.
Berangkat dari kegagalan akhir-akhir ini, tampaknya Timnas Jerman perlu segera melakukan penyegaran tim dan pembaruan sistem, seperti alih teknologi mesin dari diesel ke otomatis, sebelum akhirnya menuju listrik.
Sebelumnya, pembaruan ini telah sukses dilakukan setelah gagal di fase grup Euro 2004, dan terbukti sukses sampai Euro 2016, kala mereka jadi semifinalis. Sebuah siklus yang bagus, dan perlu dimulai lagi dalam waktu dekat.
Kecuali jika mereka ingin bernasib seperti Italia, juara dunia empat kali yang absen di dua edisi Piala Dunia terakhir. Kebetulan, grafik prestasi mereka setelah meraih trofi keempat sama persis: dua kali tersingkir di fase grup.
Akankah Jerman bernasib seperti Italia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H