Memang, tidak ada Nigeria yang selama ini sering mewakili Afrika, begitu juga dengan Aljazair dan Riyad Mahrez atau Mesir dan Mohamed Salah. Tapi, wakil-wakil Afrika yang tampil di Qatar nanti tetap punya potensi menarik, meski rata-rata berada di grup sulit.
Senegal yang masih diasuh Aliou Cisse dan mengandalkan sebagian personel alumnus Piala Dunia 2018 berada satu grup dengan Belanda, Qatar dan Ekuador.
Diatas kertas, perempatfinalis Piala Dunia 2002 ini dijagokan lolos dari grup A bersama Belanda.Â
Kebetulan, selain Mane, Tim Singa Teranga juga diperkuat Kalidou Koulibaly dan Edouard Mendy (Chelsea) di pos lini belakang dan bawah mistar plus gelandang berpengalaman Idrissa Gueye (Everton) di tengah.
Tapi, faktor Qatar sebagai tuan rumah dan potensi kejutan Ekuador tak bisa diremehkan begitu saja. Kebetulan, komposisi grup ini mirip dengan yang dijumpai Senegal di Piala Dunia 2018 lalu: satu tim Eropa (Polandia), satu tim Asia (Jepang), dan satu tim Amerika Selatan (Kolombia).
Ketika itu, Sadio Mane dkk punya poin dan selisih gol sama persis dengan Jepang, tapi gagal lolos karena mengantongi lebih banyak kartu kuning. Kegagalan itu tentu masih menyisakan rasa penasaran yang ingin dibayar lunas di Qatar.
Di grup D, Tunisia seperti "pelanduk diantara gajah", karena harus menghadapi Prancis, Denmark dan Australia. Meski dihantui "kutukan juara bertahan", Prancis tetaplah Prancis yang punya tim bertabur bintang.
Sementara itu, Denmark tentu ingin melanjutkan tren positif, setelah menjadi semifinalis Euro 2020. Last but not least, Australia yang datang sebagai wakil zona Asia juga tak bisa dianggap remeh, karena mampu mengalahkan Peru, kuda hitam Amerika Selatan, di babak play off.
Dengan catatan prestasi selalu mentok di fase grup, tim Elang Khartago jelas kurang diunggulkan, tapi bermain di Timur Tengah bisa jadi satu keuntungan tersendiri, karena lingkungan ini tidak asing buat mereka.
Situasi kurang lebih mirip juga dialami Kamerun (Grup G), Maroko (Grup F) dan Ghana (Grup H). Kamerun harus menghadapi tim unggulan Brasil, plus dua tim solid dari Eropa, yakni Swiss dan Serbia.
Meski sebenarnya punya potensi, The Indomitable Lions punya catatan buruk di Piala Dunia, khususnya sejak menjadi perempatfinalis Piala Dunia 1990.Â