Judul di atas mungkin agak terkesan subjektif, tapi relevan dengan situasi serba tidak biasa di sekelilingnya. Mulai dari lokasi, waktu penyelenggaraan, bahkan kontroversi, semua seperti sudah satu paket dengan Piala Dunia 2022.
Soal lokasi dan waktu penyelenggaraan, FIFA sudah menuai banyak kritik, karena turnamen ini digelar di Qatar pada akhir tahun, bukan pertengahan tahun seperti biasanya. Dengan pertimbangan, suhu udara negara Timur Tengah itu terlalu panas (pada pertengahan tahun) untuk bermain bola.
Karena waktu penyelenggaraan yang tidak biasa, gaung promosi Piala Dunia 2022 tidak semeriah biasanya. Biasanya, setiap ada turnamen besar seperti ini, gaung promosinya sudah terasa sejak jauh hari.
Kita tentu ingat, di stasiun televisi nasional dulu sering ada konser hitung mundur, seperti konser 100 hari menuju Piala Dunia. Tapi tidak dengan Piala Dunia di Qatar.
Mungkin, pihak pengelola stasiun televisi sedang sibuk mengurus digitalisasi TV, sehingga lebih sering mempromosikan paket siaran streaming berbayar Piala Dunia 2022.
Karena waktu penyelenggaraan yang tidak biasa juga, Piala Dunia 2022 menyisakan kekhawatiran tentang banyaknya bintang yang absen. Di Asia, Korea Selatan sedang ketar-ketir karena Son Heung Min cedera.
Di Eropa, Inggris terancam kehilangan Bukayo Saka. Jerman kehilangan Timo Werner, sementara Prancis kehilangan Paul Pogba dan N'Golo Kante. Itu belum termasuk nama-nama besar lain yang juga terancam absen.
Karena padatnya jadwal pertandingan, khususnya di liga-liga top Eropa, jelang Piala Dunia 2022, AFA (PSSI-nya Argentina) bahkan sampai melobi PSG supaya Lionel Messi bisa lebih fokus mempersiapkan diri bersama Timnas Argentina. Maklum, Albiceleste sangat mengandalkan kemampuan spesial sang kapten.
Piala Dunia sendiri pada dasarnya rutin menghasilkan bintang bintang baru, tapi jika bintang lama (dan ikonik) yang absen terlalu banyak, rasanya akan sedikit hambar. Untuk ukuran turnamen empat tahunan, akan sangat disayangkan kalau daya tariknya justru tidak terlalu kuat.
Di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, daya tarik Piala Dunia 2022 juga tidak terlalu bagus, karena selepas fase grup, pertandingan umumnya digelar pada tengah malam-dinihari.