Bicara soal transportasi publik di Yogyakarta, terutama area kota Jogja dan Sleman, ada sebuah memori cukup panjang, yang melekat di ingatan saya. Kebetulan, sejak masa SMP sampai lulus kuliah, angkutan kota cukup rutin menjadi kendaraan sehari-hari.
Mulai dari pulang sekolah, berangkat-pulang kuliah, pergi ke gereja, sampai nonton film atau ke mall, angkutan kota konvensional hampir selalu bisa diandalkan, kecuali jika sudah diatas pukul 6 sore alias di luar jam operasional.
Pada masa SMP (2005-2008), bus konvensional "KOPATA" (mirip KOPAJA di Jakarta) rutin jadi tumpangan saat pulang sekolah. Karena nomor jalur bisnya 5, kadang teman-teman menjulukinya Limosin, yang diambil dari kata "Lima" dan jenis mobil "Limousine".
Ada juga bus "ASPADA", "KOBUTRI" dan ragam trayek lain, baik dalam bentuk angkutan mobil jenis Colt atau bis Antarkota Dalam Propinsi (AKDP) ukuran kecil seperti bus rute Jogja-Sleman-Tempel yang kadang saya naiki, tergantung titik tujuannya.
Awalnya, saya sempat nyasar beberapa kali, karena masih "anak baru" di Jogja.
Syukurlah, setelah terbiasa, tidak ada masalah. Saya ingat, waktu itu tarif yang dipatok adalah 1000 rupiah untuk pelajar berseragam dan 2000 rupiah untuk umum, Â dengan sistem tarif jauh-dekat.
Setelah saya masuk SMA medio 2008, keberadaan bus kota konvensional mulai digeser oleh bus tipe "Bus Rapid Transit" alias BRT "Trans Jogja". Â Bisa dibilang, ini jadi semacam "upgrade" karena busnya menggunakan AC.
Konsep bus ini sebenarnya cukup menarik, karena mengadopsi konsep ala Trans Jakarta. Untuk ukuran angkutan umum ber-AC, harganya bisa dibilang sangat masuk akal, yakni 2000 rupiah untuk pelajar berseragam 3000 rupiah untuk umum.
Karena haltenya berada di lokasi-lokasi strategis, dengan jam operasional sampai pukul 9.30 malam, dan punya penjaga halte yang sangat membantu penumpang, BRT satu ini cukup bisa diandalkan. Kuliah sore pun tak masalah.
Masalahnya, karena tidak punya jalur khusus, saat jam macet, bus Trans Jogja sering terlambat datang, bahkan kadang sampai hitungan jam. Jadi, moda transportasi ini kurang ideal kalau kita sedang buru-buru.
Masalah lainnya ada pada "maintenance" kendaraan yang kurang optimal, terutama pada bagian kompresor AC. Akibatnya, kadang ditemui bus yang terpaksa jadi non-AC, dan baru diganti jika sudah kurang layak. Tapi, umur performa optimal bis baru pun juga tidak terlalu panjang, Â akibat "maintenance" yang kurang optimal.