Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dele Alli, Lain Dulu Lain Sekarang

26 Agustus 2022   22:03 Diperbarui: 31 Agustus 2022   12:30 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di usianya yang masih 26 tahun, kepindahan ke Turki jelas jadi satu titik nadir, buat pemain yang sempat digadang jadi bintang besar. Tragisnya, ini justru datang di usia puncak pesepakbola. (AFP/GLYN KIRK via KOMPAS.com)

Dalam sepak bola, siklus naik-turun performa pemain adalah satu fenomena biasa. Ada yang memang menurun karena faktor pertambahan usia, ada juga yang menurun karena masalah cedera.

Maklum, sepak bola adalah satu olahraga intensitas tinggi, yang akan optimal, jika dimainkan dengan kondisi prima. Jadi, wajar kalau pemain yang sudah senior dan langganan cedera tidak terlalu sering bermain penuh.

Di luar faktor "wajar" itu, cerita yang cukup tragis biasanya hadir, jika seorang pemain menunjukkan potensi besar di awal kemunculannya, bahkan sempat mencapai level tinggi di usia muda, tapi langsung anjlok di usia puncak, meski kondisinya masih prima. Contoh paling gres dari cerita tragis ini adalah Dele Alli.

Awalnya, pemain kelahiran tahun 1996 ini terlihat menjanjikan. Sejak debut bersama MK Dons di musim 2012-2013, kemampuan individunya tampak menonjol.

Hasilnya, dalam usia masih 16 tahun, Alli muncul sebagai properti panas. Meski MK Dons hanya bermain di kasta ketiga, tim-tim besar Eropa mulai rutin memantau bakat sang pemain.

Tapi, Tottenham Hotspur akhirnya mampu mengamankan tenaga Alli pada bursa transfer Januari 2015 dengan ongkos transfer 5 juta pounds. Gelandang keturunan Nigeria ini baru bergabung di musim panas, tak lama setelah membantu MK Dons promosi ke Championship Division di akhir musim 2014-2015.

Bersama Spurs, perkembangannya semakin pesat. Pemain yang mengidolakan Steven Gerrard ini mampu menjalin kerja sama apik dengan Harry Kane dan Son Heung Min, di lini serang tim asuhan Mauricio Pochettino.

Hasilnya, The Lilywhites mampu konsisten bersaing di posisi empat besar Liga Inggris,  bahkan lolos ke final Liga Champions musim 2018/2019.

Potensi besar Alli juga tampak semakin menarik, karena dirinya mampu meraih dua penghargaan Pemain Muda Terbaik Liga Inggris secara beruntun, pada musim 2015-2016 dan 2016-2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun