Dimulainya Liga 1 musim 2022/2023 menghadirkan sejumlah fenomena menarik. Salah satunya, kedatangan pelatih-pelatih Eropa berlisensi UEFA Pro, atau lisensi level tertinggi di Eropa, yang jadi syarat wajib buat pelatih yang ingin menangani klub kompetisi kasta tertinggi.
Seperti diketahui, sebelum musim kompetisi bergulir, ada tiga pelatih berlisensi UEFA Pro yang melatih klub Liga 1, yakni Thomas Doll (Persija Jakarta, Jerman), Eduardo Almeida (Arema FC, Â Portugal), dan Bernardo Tavares (PSM Makassar, Portugal).
Belakangan, daftar nama ini dipastikan bertambah, setelah Luis Milla diperkenalkan sebagai pelatih baru Persib Bandung, Senin (22/8) lalu. Pelatih asal Spanyol itu datang menggantikan Robert Rene Alberts yang mundur setelah start jeblok di tiga pertandingan awal.
Eks pelatih Timnas Indonesia itu dikontrak selama 2 tahun dengan opsi perpanjangan satu tahun. Dengan demikian, Liga 1 Indonesia punya empat pelatih berlisensi UEFA Pro, sebuah "kemewahan" yang jarang ada di sepak bola nasional.
Disebut "kemewahan" karena level standar keilmuan taktik dan metode pelatihan di klub Indonesia jadi meningkat. Ada pendekatan lebih disiplin dan metodis, yang mewarnai klub Liga 1.
Di Persija Jakarta misalnya, penekanan soal disiplin cukup terlihat. Ada sesi latihan intensif dan skema permainan yang lebih rapi, layaknya metode latihan ala Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.
Di PSM Makassar, Bernardo Tavares bahkan mampu membawa tim melangkah cukup jauh di Piala AFC, lewat penampilan kompak dan perpaduan bagus antara pemain muda, asing dan senior
Sementara itu, Arema FC sukses juara Piala Presiden, lewat gaya main yang simpel: pragmatis tapi masih terpola, juga dengan paduan antara pemain muda, asing dan senior.Â
Meski sempat gagal menyelamatkan Semen Padang dari degradasi di musim 2019, pengalaman pernah melatih tim junior Benfica dan beragam klub di sejumlah negara terbukti masih jadi nilai tambah.Â
Bisa jadi, tiga cerita yang cukup sukses ini jadi inspirasi Persib Bandung sebelum akhirnya menunjuk Luis Milla. Tampaknya, mereka tidak hanya mencari solusi perbaikan instan, tapi juga sudah mulai berpikir untuk membangun sistem dan gaya permainan.