Pergi untuk kembali. Begitulah gambaran kiprah Romelu Lukaku di level antarklub. Uniknya, ini terjadi di dua kesempatan, yakni bersama Chelsea dan Inter Milan.
Bersama Chelsea, penyerang Timnas Belgia ini sempat menjalani kisah penuh liku. Dimana, ia sempat dipinjamkan ke West Brom lalu pindah ke Everton, Manchester United dan Inter Milan, sebelum akhirnya pulang ke Stamford Bridge tahun 2021, atau sepuluh tahun sejak pertama kali datang ke kota London.
Awalnya, harapan besar tersemat di pundak sang bomber. Maklum, ia kembali datang sebagai seorang pemain "jadi" yang meraih Scudetto di Italia. Berbeda dengan sedekade lalu, saat dirinya masih dianggap sebagai calon penerus Didier Drogba, legenda Chelsea dan Timnas Pantai Gading.
Harapan itu terlihat sangat jelas, karena Chelsea berani membayar ongkos 97,5 juta pounds untuk memulangkan sang mantan, sekaligus menjadikannya transfer termahal klub. Inter sendiri tak kuasa menolak, karena mereka saat itu sedang terjerat krisis keuangan.
Impresi positif memang langsung hadir, karena pemain berusia 29 tahun ini langsung mencetak gol di debut keduanya. Dirinya juga menjadi top skorer dengan mencetak sepasang gol, saat Chelsea juara Piala Dunia Antarklub untuk pertama kali.
Tapi, setelahnya, masalah demi masalah terus muncul, seperti sebuah sinetron.
Mulai dari performa yang menurun sampai masalah di luar lapangan terus mewarnai kiprahnya di Inggris, yang sebenarnya bukan tempat asing buat eks pemain Anderlecht ini.
Apa boleh buat, pelatih Thomas Tuchel pun terpaksa harus menepikan sang bomber. Belakangan, Lukaku disebut menyesali keputusan pulang ke London Barat.
Akibatnya, Chelsea yang awalnya sempat menyaingi Manchester City dan Liverpool di Liga Inggris lalu keteteran. Kiprah muram Lukaku hanya satu dari seabrek masalah yang datang, seiring proses pergantian pemilik klub imbas aksi militer Rusia di Ukraina.
Bersama Si Biru, kiprah penyerang berpostur tinggi besar itu memang kurang meyakinkan. Hanya selusin gol saja yang berhasil dicetaknya dari total 38 penampilan di semua kompetisi.
Untuk ukuran pemain termahal klub, catatan performa ini cukup mengenaskan. Ini mirip Fernando Torres di dekade sebelumnya, yang juga datang sebagai pemain termahal Chelsea, tapi justru melempem.