Seiring kekalahan Liverpool di final Liga Champions akhir pekan lalu, sinyal perubahan mulai terlihat. Salah satunya, keputusan Sadio Mane untuk pindah ke klub baru, dengan Bayern Munich sebagai tujuan potensial.
Keterkaitan Mane dengan klub raksasa Bundesliga itu terlihat, menyusul pertemuannya dengan Hasan Salihamidzic, sang direktur olahraga, jelang final Liga Champions. Kedua kubu diketahui sudah menyetujui kesepakatan personal.
Selebihnya, tinggal menyepakati harga transfer dengan The Reds, yang mematok harga di kisaran 30 juta euro. Sebuah banderol yang cukup lumayan, untuk ukuran pemain yang sudah berada di tahun terakhir kontraknya.
Dengan kontribusi Supermane selama ini, kepergiannya mungkin akan sedikit disayangkan. Maklum, selain mencetak lebih dari 100 gol di semua kompetisi, etos kerjanya tergolong luar biasa.
Bukan cuma itu, catatan kebugaran dan disiplinnya juga istimewa, karena jarang absen akibat cedera atau akumulasi kartu.
Kalaupun absen cukup lama, itu hanya terjadi dua kali, saat memperkuat Timnas Senegal di Piala Afrika. Selebihnya, eks pemain Southampton ini hanya sesekali absen, saat ada kebijakan rotasi karena jadwal padat.
Tapi, dengan usianya yang kini menginjak 30 tahun, dan beragam prestasi yang sudah diraihnya, wajar jika juara Piala Afrika ini mulai menyeriusi peluang lain yang datang.
Memang, ini tak lepas dari situasi rumit yang muncul akibat negosiasi kontrak berlarut-larut. Tapi, jika akhirnya Mane pergi, ini akan jadi penanda akhir sebuah siklus di Liverpool.
Di luar keputusan pemain gesit ini, indikasi pergantian siklus juga mulai terlihat di Anfield, dan akan jadi kenyataan. Jelas, Liverpool tak bisa terus bergantung pada trisula Firmino-Mane-Salah, apalagi sampai membiarkan ketiganya menua bersama.
Terbukti, selain mendatangkan Diogo Jota dan Luis Diaz dalam dua musim terakhir, kontrak Mohamed Salah dan Roberto Firmino kemungkinan tidak diperpanjang, sekalipun keduanya memilih bertahan.