Dari pengalaman yang sudah-sudah, seharusnya media dan publik sepak bola nasional bisa paham betul, apa yang perlu dilakukan. Dengan catatan, tidak ada yang terlena dengan kebangkitan Tim Garuda di fase grup, setelah sempat digulung Vietnam dengan skor 3-0 di partai pembuka.
Maklum, selain karena lawannya adalah Thailand, partai yang akan dihelat pada Kamis (19/5) ini adalah partai hidup-mati. Tekanannya jelas berbeda dengan fase grup, karena pilihannya cuma menang atau tersingkir.
Jangan lupa, tim ini masih ditangani oleh Alexandre Polking (Brasil), pelatih yang di final Piala AFF lalu membawa Changsuek mengalahkan Timnas Indonesia dengan agregat 6-2.
Karenanya, penting untuk membiarkan tim ini bermain lepas, dan memastikan publik sepak bola nasional siap menerima apapun hasilnya. Menang tak sampai jumawa, kalah tak terlalu kecewa.
Di sini, mengurangi takaran ekspektasi perlu dilakukan, karena ini bisa "memaksa" PSSI untuk tidak lagi hanya membonceng harapan besar publik.
Ada banyak hal yang perlu mereka lakukan, karena sepak bola nasional masih punya kekurangan di sana-sini. Jika para pengurus PSSI mau menyadari, maka sudah seharusnya mereka mulai berpikir jauh ke depan.
Di level Asia Tenggara saja, negara sekelas Kamboja belakangan mulai berkembang, karena mulai menekuni proses yang mereka bangun, dengan menggandeng JFA (PSSI-nya Jepang) dalam beberapa tahun terakhir.
Hasil imbang 2-2 melawan Malaysia di SEA Games kali ini menjadi satu hasil kemajuan itu, padahal The Angkor Warrior biasanya kerap jadi bulan-bulanan lawan.
Jadi, kita tak perlu terlalu asyik membahas progres Thailand dan Vietnam, yang memang sudah mengembangkan sepak bola mereka sejak 10-15 tahun terakhir. Sudah ada Kamboja, yang jadi contoh lain.
Jika dibiarkan saja, level mereka akan melampaui Timnas Indonesia dalam beberapa tahun lagi. Selama PSSI masih berkutat dalam pola pikir ala mie instan, selama itu juga sepak bola nasional akan jalan di tempat, bahkan semakin tertinggal.
Jadi, mari kita nikmati aksi Timnas Indonesia di semifinal nanti, tanpa ada embel-embel ekspektasi apapun.